Jumat, 11 April 2014

remediasi lingkungan pada daerah industri


BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Industri di Indonesia sudah berkembang luas. Seiring perkembangan tersebut masalah limbah industri pun semakin banyak. Mulai dari industri makanan dan minuman (pangan), tekstil, kertas dan barang dari kertas, batu bara, minyak dan gas bumi, pertambangan, bahan bakar dari nuklir, dan lain-lain. Industri-industri tersebut menghasilkan limbah yang berbeda-beda. Limbah tersebut sangat berpengaruh terhadap lingkungan yang menyebabkan pencemaran lingkungan baik pencemaran terhadap tanah, perairan maupun udara. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Contoh lainnya, pada industri tekstil (misalnya batik) yang menimbulkan masalah serius bagi lingkungan terkait dengan penggunaan zat warna dalam produksi dan turut terbuang bersama air limbah sisa proses.
Limbah cair produksi batik mengandung zat warna yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika dibuang tanpa pengolahan sebelumnya, sementara lingkungan mempunyai kemampuan terbatas untuk mendegradasi zat warna tersebut. Akibat langsung adalah air menjadi tercemar (berwarna) dengan kualitas air menjadi  semakin buruk dan tidak layak sebagai air bersih sehingga tidak mampu mendukung sistem kehidupan perairan.
Selain itu, industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung mikroorganisme, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan CaSO4, gas berupa uap alkohol. Kategori limbah industri ini adalah limbah bahan beracun berbahaya (B3) yang mencemari air dan udara.
Limbah-limbah tersebut menjadi masalah yang serius bagi kelangsungan makhluk hidup. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Misalnya dalam pengolahan limbah cair baik secara biologi, kimia, fisika, maupun kombinasi antara ketiga proses tersebut banyak digunakan untuk mengolah limbah serupa. Secara biologi misalnya bioremediasi yang menggunakan mikroba untuk pemulihan lingkungan, secara fisika misalnya dengan filtrasi. Secara kimia misalnya penggunaan bahan kimia untuk mereduksi/mengoksidasi bahan pencemar atau dengan proses fotokatalisis. Sehingga diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan limbah-limbah yang mengandung senyawa berbahaya yang dihasilkan oleh industri yang dapat merusak lingkungan.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1.      Apa pengertian limbah industri dan apa saja jenis pencemar?
2.      Apa pengertian remediasi lingkungan industri secara kimia?
3.      Senyawa apa saja yang menyebabkan pencemaran pada daerah-daerah Industri?
4.      Metode apa yang digunakan untuk remediasi limbah industri batik?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah industri dan jenis pencemar.
2.      Mengetahui pengertian remediasi lingkungan industri secara kimia.
3.      Mengetahui beberapa senyawa yang menyebabkan penemaran industri.
4.      Mengetahui beberapa metode kimia yang digunakan dalam remediasi lingkungan industri.



BAB II
ISI
2.1       Pengertian Limbah Industri dan Jenis Pencemar
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat  tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya.
Tabel 1. Beberapa jenis pencemar dan metode pengolahan.
Description: gb731
2.2       Pengertian Remediasi Lingkungan Secara Kimia
Remediasi merupakan tindakan atau proses untuk memulihkan kembali suatu keadaan lingkungan yang telah tercemar. Remediasi lingkungan secara kimia yaitu pemulihan lingkungan yang tercemar dengan menggunakan metode atau bahan-bahan kimia. Lingkungan yang telah tercemar perlu dilakukan pemulihan agar tidak mengganggu kelangsungan makhluk hidup.
2.3       Senyawa Pencemar Daerah Industri
  Pada daerah industri misalnya tekstil senyawa yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air yaitu Remazol Black B. Menurut Widodo dkk., 2008, industri batik menghasilkan limbah cair yang mengandung zat warna. Zat warna merupakan senyawa organik yang mengandung gugus kromofor (pemberi warna) terkonjugasi. Zat warna golongan reaktif merupakan zat warna yang banyak digunakan untuk pewarnaan tekstil. Menurut Widodo dkk., 2008 beberapa zat warna reaktif yang sering digunakan antara lain Remazol Brilliant Orange 3R, Remazol Golden Yellow RNL dan Remazol Black B. Remazol Black B merupakan salah satu zat warna yang banyak digunakan dalam industri tekstil termasuk batik. Remazol Black B disebut juga Reaktive Black 5.
Gambar 1. Struktur molekul senyawa Remazol Black B





Senyawa pencemar  daerah industri lainnya misalnya kromium, merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia, kromium Digunakan sebagai katalis , seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa isotop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
2.4       Beberapa Metode-Metode Kimia Yang Dapat Digunakan dalam Remediasi Lingkungan Industri
            a. Elektrodekolorisasi
  Pada industri tekstil (batik), metode pengolahan limbah yang digunakan yaitu elektrolisis (elektrodestruksi atau elektrodekolorisasi). Menurut Widodo dkk., 2008, metode elektrolisis memiliki keunggulan dari segi keselamatan, efektivitas, keramahan lingkungan dibandingkan dengan menggunakan teknik yang lain, karena proses elektrolisis berlangsung pada suhu rendah, tidak ada gas buangan yang beracun, dan tidak menimbulkan limbah sekunder serta metode ini  lebih ekonomis  dan efektif untuk  pengolahan  limbah.
Menurut Nirmasari dkk., 2008, salah satu  faktor  yang  mendukung  keberhasilan proses  elektrolisis  adalah  elektroda  yang  digunakan.  Ketidaktersediaan  suatu   kutub   positif (anoda) ideal dengan stabilitas dan aktivitas sempurna merupakan suatu masalah yang kritis dalam suatu proses elektrooksidasi air limbah yang mengandung zat organik. Pada penelitian Widodo dkk, pada dua penelitiannya tentang elektrodekolorisasi  zat warna Remazol Black B, salah satu menggunakan PbO2 dan yang lainnya menggunakan grafit. Pada penelitian Nirmasari dkk, menggunakan PbO2 sebagai anoda dan karbon sebagai katoda. Disini akan dilakukan perbandingan penggunaan elektroda-elektroda tersebut. Menurut Nirmasari dkk, 2008, timbal  dioksida  (PbO2) mempunyai  waktu  hidup  yang  cukup  panjang  yaitu  400  jam  dalam  larutan  H2SO4  dengan konsentrasi 3M dengan arus 1  A  cm-2  pada  suhu  30oC,  selain  itu  timbal  dioksida  juga  tahan terhadap korosi, timbal dioksida memiliki resistensi yang lebih baik dibanding elektroda lain baik dalam kondisi asam dan basa maupun pada temperatur  yang  tinggi. Berdasarkan sifat timbal dioksida yang dapat manghantarkan arus dan  bersifat  inert  maka  material  ini  dapat memenuhi syarat untuk dijadikan elektroda sehingga pada  penelitian  ini  dipilih  timbal  dioksida sebagai anoda.
Metode analisis yang digunakan  yaitu analisis kualitatif meliputi pengamatan warna larutan sampel sebelum elektrolisis dan sesudah elektrolisis, dan pengukuran absorbansi dengan Spektrometer UV-Vis. Analisis kuantitatif   dilakukan   dengan   mengolah data pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis sebelum dan sesudah elektrolisis. Selanjutnya dianalisis menggunakan GC-MS.
            b. Fotokatalisis
Selain elektrodekolorisasi pada limbah zat warna batik, metode kimia yang digunakan untuk pengolahan limbah yaitu fotokatalisis. Menurut Slamet dkk., 2008, teknologi fotokatalisis yang sekarang ini banyak dikembangkan ternyata juga baik untuk mereduksi Cr(VI) dan fenol. Bahkan, dinilai lebih ekonomis dalam pemakaian energi. Dengan  demikian,  fotokatalisis  merupakan salah satu alternatif metode yang lebih ekonomis. Katalis semikonduktor yang sampai saat ini terbukti memiliki aktivitas tinggi dalam  reduksi limbah Cr(VI) dan fenol adalah TiO2. Begitu banyak cara telah dilakukan untuk meningkatkan aktivitas katalis TiO2 tersebut, salah satunya dengan penambahan dopan logam, seperti logam Pt. Logam lainnya yang dapat ditambahkan sebagai dopan adalah logam Cu dalam bentuk oksidanya, yaitu CuO, yang telah terbukti lebih aktif dari titania untuk mereduksi CO2 menjadi methanol.
Menurut Slamet dkk., 2008, reaksi fotokatalisis dilakukan pada proses pengolahan limbah Cr(VI) dan fenol. Kondisi operasi proses  reaksi  yang  diatur  untuk  mendapatkan hasil optimal diantaranya adalah konsentrasi awal limbah dan pH larutan. Konsentrasi awal limbah yang akan diolah sebesar 40 mg/L. Hal ini berdasarkan atas penelitian terdahulu yang mendapatkan hasil bahwa konsentrasi awal  limbah  yang  optimum sebesar  40 mg/L.
Menurut Slamet dkk., 2008, pada proses pengolahan limbah fenol dan Cr(VI) secara simultan katalis TiO2 Degussa P25 merupakan katalis yang memiliki aktivitas tertinggi. Jumlah Cr(VI) yang direduksi sebesar 100% dan jumlah fenol yang berhasil direduksi sebesar 93,81%.




BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas sebagai berikut.
1.      Remediasi lingkungan dapat dilakukan dengan metode kimia. Remediasi lingkungan secara kimia yaitu pemulihan lingkungan yang tercemar dengan menggunakan metode atau bahan-bahan kimia.
2.      Beberapa metode kimia yang digunakan dalam remediasi lingkungan yaitu elektrolisis (elektrodestruksi/elektrodekolorisasi) zat warna pada limbah industri tekstil (batik), dan fotokatalisis dengan serbuk TiO2 dan CuO/TiO2 pada pengolahan limbah Cr (VI) dan fenol.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Reaktive Black 5. www.Chemicalbook.com
Anonim, 2012. Limbah Industri. www.chem-is-try.org
Anonim, 2012. Jenis-Jenis Limbah Beserta Dampak dan Manfaatnya. www.centralartikel.com
Nirmasari dkk., 2008. Pengaruh pH Terhadap Elektrodekolorisasi Zat Warna Remazol Black B dengan Elektroda PbO2. Universitas Diponegoro. Semarang.
Slamet dkk., 2008. Pengolahan Limbah Cr(VI) dan Fenol dengan Fotokatalis Serbuk TiO2 dan CuO/TiO2. Universitas Indonesia. Depok.
Widodo dkk., 2008. Penggunaan Grafit Pada Elektrodekolorisasi Larutan Remazol Black B. Universitas Diponegoro.  Semarang
Widodo dkk., 2008. Ektrodekolorisasi Larutan Remazol Black B dengan Elektroda Timbal Dioksida/Karbon Dan Analisis Larutan Sisa Dekolorisasi. Universitas Diponegoro. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar