I.
Tujuan
Percobaan
Mempelajari
pembuatan enzim amilase secara fermentasi menggunakan substrat limbah cair
tapioka dengan inokulum kapang oncon merah.
II.
Tinjauan
Pustaka
Ketela pohon,
ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima)
adalah perdu
tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae.
Umbinya
dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat
dan daunnya
sebagai sayuran
(Anonim, 2013).
Menurut Prayitno HT. (2008), Tapioka adalah pati yang
terdapat dalam umbi kayu, biasa disebut singkong. Umbi tanpa kulit mempunyai
komposisi rata-rata sebagai berikut :
Air : 65%
Pati : 32%
Protein : 1%
Lemak : 0,4%
Serat : 0,8%
Abu : 0,4%
Selain pati,
ubi singkong mengandung gula dan sedikit asam sianida dalam kadar rendah. Asam
sianida ini sebagian ada dalam bentuk asam bebas dan sebagian lagi dalam bentuk senyawa kimia yang
akan terbebaskan oleh asam enzim apabila selnya dipecah (Prayitno HT., 2008).
Proses ekstraksi pati dari umbi berawal dari pencucian
dan pengupasan umbi. Karena struktur akar yang khas pada tanaman singkong,
pengupasannya dapat dengan mudah dilaksanakan oleh tenaga wanita dan ini
dilakukan pada pabrik kecil. Tahap selanjutnya adalah pembuatan bubur dari umbi
tersebut dengan proses pemarutan. Bubur halus yang diperoleh diumpankan kepada
saringan goyang dan dicuci dengan air. Suspensi pati akan terbawa oleh air ini,
sedangkan buburnya diparut untuk kedua kali. Tahap penyaringan juga diulang dan
suspensi pati dalam air pencuci kedua dicampur dengan suspensi pati yang
pertama. Campuran ini disaring melalui saringan sutra halus atau logam halus
(Prayitno HT., 2008).
Menurut Prayitno HT. (2008), Secara garis besar proses
pembuatan tapioka yang dilakukan oleh industri kecil adalah sebagai berikut :
1.
Pengupasan
Pengupasan dan pencucian ketela
dilakukan oleh manusia dengan menggunakan pisau pengupas kusus ketela, setelah
dikupas kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Setelah
dikupas ketela diparut, pada proses ini kulit yang terbuang 10 % dari berat.
2.
Pemarutan
Pemarutan ini dimaksudkan untuk
memecah sel-sel umbi ketela sehingga butir-butir pati akan terlepas. Kandungan
pati yang dihasilkan tergantung dari proses pemarutan. Semakin kecil ukurannya,
hasil parutan kandungannya semakin tinggi karena yang pati yang terekstrak
semakin banyak.
3.
Pengambilan pati
Pengambilan pati dari ketela yang
telah diparut dilakukan dengan cara ektraksi menggunakan air. Ketela parutan
diletakkan diatas saringan kasar yang
berbentuk empat persgi panjang. Pati yang tersuspensi dalam air akan lolos dari saringan dan tepung ditampung
dalam bak. Proses penyaringan dilakukan
bila air yang lewat saringan agak jernih dan diperkirakan pati sudah
tersuspensi semua. Kebutuhan air untuk proses ini diperkirakan 3-8 m3
per ton ketela.
4.
Pemisahan pati
Pemisahan pati dari air dilakukan
dengan cara pengendapan. Pengeringan pati Setelah waktu pengendapan, cairan
diatas endapan dibuang dengan cara pembukaan papan penutup bak dibuka satu demi
satu dengan cara perlahan lahan agar pati di sisi akhir tidak ikut hanyut dalam
air. Endapan pati diambil kemudian di jemur dibawah terik matahari.
Penggilingan dan Penyaringan Pati Terakhir yang sudah kering digilingdan
diayak, penggilingan menjadi tepung halus, dan hanya dilakukan oleh industri
menengah / besar.
Fermentasi enzim amilase pada dasarnya
adalah suatu cara produksi enzim amilase menggunakan bantuan aktivitas
mikrooeganisme. Enzim amilase merupakan enzim ekstra selulas yang diproduksi,
jika dalam media terdapat induser atau substrat pati. Mikrooeganisme yang
berperan dalam fermentasi enzim amilase dpat berupa kelompok bakteri kapang dan
khamir. Namun yang umu digunakan sebagai mikroba penghasil enzim amilase adalah
kelompok kapang (Mappiratu dkk, 2013).
Pada percobaan ini akan dicoba dilakukan
produksi enzim amilase menggunakan inokulum kapang oncom merah atau Neurospora
sp. Media yang digunakan adalah limbah cair tapioka. Limbah cair tapioka
mengandung pati terlarut dan beberapa mineral maupun vitamin yang larut air
(Mappiratu dkk, 2013).
Menurut Anonim (2013), sterilisasi
adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik, kuman-kuman atau bakteri
yang terdapat pada suatu medium atau alat, sehingga jika ditumbuhkan di dalam
suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi yang tidak baik dapat menghasilkan
penyebaran infeksi bakteri dan virus seperti hepatitis dan HIV. Tujuan utama membunuh kuman-kuman tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mencegah infeksi
pada manusia, hewan peliharaan, dan tumbuhan,
2.
Untuk mencegah agar
makanan dan komoditi lainnya tidak rusak.
3.
Untuk mencegah
gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisame yang digunakan dalam industry.
4.
Untuk mencegah
kontaminasi bahan-bahan yang dipakai di dalam laboratorium.
Alat yang digunakan dalam proses serilisasi
disebut sterilisator. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
panas, penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan
sterilisasi dengan cara panas dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
sterilisasi basah, sterilisasi kering, dan sterilisasi dengan menggunakan sinar
UV (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), sterilisasi basah
merupakan suatu proses sterilisasi yang menggunakan uap air. Uap air tersebut
didapat dari proses pemanasan air. Sterilisasi basah tersebut dapat membunuh
jasad renik atau mikroorganisme karena menyebabkan denaturasi protein, termasuk
enzim-enzim di dalam sel. Sterilisator basah bisa dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan kegunaan alat tersebut, yaitu :
1.
Sterilisator basah
dengan menggunakan elemen basah.
Sterilisator tipe ini
memiliki elemen basah dimana elemen tersebut harus selalu terkena air, sehingga
peletakan komponen elemen tersebut berada di dalam sterilisator. Elemen basah
tersebut akan terendam air dan kemudian terjadilah proses pemanasan air yang
akan menghasilkan uap air.
2.
Sterilisator basah
dengan menggunakan elemen kering.
Sterilisator tipe ini
memiliki elemen kering dimana elemen tersebut tidak boleh terkena air sama
sekali, sehingga peletakan komponen elemen tersebut berada di luar sterilisator
(tidak berada dalam satu tempat dengan air). Elemen kering tersebut akan
menghasilkan panas sehingga terjadilah pemanasan air yang menimbulkan uap air.
III.
Alat
dan Bahan
3.1 Alat
1. Neraca
analitik
2. Parutan
kelapa
3. Pisau
4. Baskom
5. Kain
saring
6. Gelas
ukur 500 dan 50 mL
7. Erlenmeyer
300 mL
8. Shaker
9. Sterilisator
3.2 Bahan
1. Inokulum
kapang oncom merah
2. Ubi
kayu
3. Kapas
4. Air
IV.
Prosedur
Kerja
1. Mengambil
ubi kayu sebanyak
Kg. Kemudian mengupas kulitnya dan memarut
dengan parutan kelapa.

2. Memasukkan
ubi kayu yang telah diparut kedalam baskom, kemudian mencampurkan dengan air
sebanyak 2,5 liter air, selanjutnya mengaduk-aduknya dan menyaringnya dengan
kain saring. Filtrat yang diperoleh tampung dalam baskom, sedangkan ampasnya
dibuang.
3. Mendiamkan
filtrat yang dihasilkan selama 1 jam, kemudian endapan yang terbentuk pisahkan
dari cairan. Cairan ini merupakan limbah tapioka.
4. Mengambil
limbah tapioka sebanyak 100 mL dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer 300 mL
kemudian menambahkan kapas sebanyak 1 gram. Kemudian menutup erlenmeyer dengan
kapas.
5. Mensterilkan
campuran dengan alat sterilisator suhu 120 oC selama 15 menit dan
mendinginkannya.
6. Mulut
erlenmeyer disterilkan dengan menggunakan api bunsen. Kemudian menambahkan
inokulum kapang oncom merah bentuk bubuk sebanyak 0,1 % (1 gram untuk 1 liter
media). Kemudian menginkubasi pada inkubator bergoyang agitasi 200 rpm
pada suhu ruang selama 7 hari.
7. Memisahkan
cairan dari masa sel, kemudian mengukur volume cairan yang diperoleh.
V.
Hasil
Pengamatan dan Analisa Data
5.1 Hasil
pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
Limbah cair tapioka
diinokulasi dengan inokulum kapang oncom merah selama 7 hari
|
Volume filtrat hasil
fermentasi yaitu sebanyak 52 mL
|
VI.
Pembahasan
Fermentasi enzim amilase pada dasarnya
adalah suatu cara produksi enzim amilase menggunakan bantuan aktivitas
mikrooeganisme. Enzim amilase merupakan enzim ekstra selulas yang diproduksi,
jika dalam media terdapat induser atau substrat pati.
Dalam percobaan ini akan dibuat enzim
amilase melalui proses fermentasi dengan menggunakan limbah cair tapioka
sebagai substrat dan inokulum kapang oncom merah sebagai fermentor. Limbah cair
tapioka ini mengandung pati yang larut yaitu amilosa. Sehingga dapat digunakan
sebagai substrat. Dan yang digunakan sebagai fermentor adalah kapang oncom
merah, karena kapang oncom merah dapat mendegradasi pati dalam limbah sehingga
dapat dihasilkan enzim amilase.
Tahap pertama dalam proses fermentasi
adalah proses penyiapan bahan substrat dengan cara mengambil ubi kayu sebanyak
Kg. Diguanakan ubi kayu karena dari ubi kayu ini
akan diperolehlah limbah cair tapioka. Kemudian mengupas kulitnya dan memarut
dengan parutan kelapa. Kulitnya dibersihkan karena hanya dibutuhkan dagung
ubinya saja dan diparut auntuk memperkeci volumenya sehingga nantinya dapat
diambil filtratnya dalam proses pengendapan. Kemudian Memasukkan ubi kayu yang
telah diparut kedalam baskom, kemudian mencampurkan dengan air sebanyak 2,5
liter air, selanjutnya mengaduk-aduknya dan menyaringnya dengan kain saring. Tujuan
dicampurkan air adalah untuk mealurkan ubi kayu tadi yang telah diparut. Dan
diaduk untuk mempercepat laju reaksi segingga tumbukan antara partikel akan
lebih sering terjadi. Dalam proses pengadukan ini amilosa akan larut dengan air
sedangkan amilopektin tidak larut oleh karenanya yang hanya diambil filtratnya
maka dilakukan penyaringan untuk memisahkan amilopektin yang tidak larut air. Filtrat
yang diperoleh ditampung dalam baskom, sedangkan ampasnya dibuang. Langkah Mendiamkan
filtrat yang dihasilkan selama 1 jam, kemudian endapan yang terbentuk pisahkan
dari cairan. Endapan yang terbentuk
dipisahkan lagi dari cairan, dan endapan ini merupakan amilopektin yang lolos
dari proses penyaringn. Cairan atau filtrat ini merupakan limbah tapioka yang
merupaka medium fermentasi.

Langkah selanjutnya adalah proses penyiapan
medium fermentasi dan dilakukan dengan cara
Mengambil limbah tapioka sebanyak 100 mL dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer 300 mL kemudian menambahkan kapas sebanyak 1 gram. Kemudian menutup
erlenmeyer dengan kapas. Diguanakan kapas adalah karena kapas mengandung serat
selulosa yang dapat mengikatkapang sehingga pada proses pemisahan antara enzim
amialse dengan kapang akan lebih mudah dilakukan. Kapas juga berfungsi sebagai
media tumbuh dari kapang nantinya. Ditutup kapas pada mulut erlenmeyer karena
akan dilakukan sterilisasi sehingga uap ketika dilakukan sterilisasi tidak
masuk ke dalam erlenmeyer tersebut.
Langkah selanjutnya adalah proses
sterilisasi dengan cara mensterilkan campuran dengan alat sterilisator suhu 120
oC selama 15 menit dan mendinginkannya. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik,
kuman-kuman atau bakteri yang terdapat pada suatu medium atau alat, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembang biak. Sterilisator yang diguanakan adalah Sterilisator basah dengan
menggunakan elemen basah. Sterilisator tipe ini memiliki elemen basah dimana elemen tersebut harus
selalu terkena air, sehingga peletakan komponen elemen tersebut berada di dalam
sterilisator. Elemen basah tersebut akan terendam air dan kemudian terjadilah
proses pemanasan air yang akan menghasilkan uap air.
Langkah selanjutnya adalah proses
inokulasi dilakukan dnegan cara mensterilkan
mulut erlenmeyer dengan menggunakan api bunsen. Diharapkan agar mikroba tidak
dapat masuk. Kemudian menambahkan inokulum kapang oncom merah bentuk bubuk
sebanyak 0,1 % (1 gram untuk 1 liter media). Kemudian menginkubasi pada
inkubator bergoyang agitasi 200 rpm pada
suhu ruang selama 7 hari. Diguanakan pengocokan agar kapang dan substrat
dapat bercampur dengan baik. Selama 7 hari kapang akan berkembang biak dang
mengubah substrat sehingga dapat dihasilkan enzim amilase.
Langkah selanjutnya yaitu hasil
fermentasi dipisahkan, dengan cara memisahkan cairan dari masa sel. Dilakukan
pemisahan agar yang diperoleh enzim amilase saja bukan dengan adanya kapas dan
kapang tersebut. Kemudian mengukur volume cairan yang diperoleh dan siperoleh
volumenya sekitar 52 mL.
Kemudian dilakukan uji aktivitas yaitu
dengan mencampurkan enzim amilase, pati dan iodium untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya enzim amilase. Yang ditandai terjadi perubahan warna larutan
yaitu dari ungu menjadi bening dalam hal ini pati dihidrolisis oleh enzim
amilase. Namun tidak terjadi perubahan warna setelah satu jam yang diakibatkan
karena enzim yang dihasilkan hanya sedikit sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk proses hidrolisis terjadi.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fermentasi enzim
amialse dapat dilakukan menggunakan limbah cair tapioka dan dengan
menggunakan inokulum kapang oncom merah.
2. Limbah
cair tapioka berfungsi sebagai substrat sedangkan inokulum kapang oncom merah
berfungsi sebagai fermentor.
3. Proses
fermentasi terdapat 5 tahap yaitu:
·
Tahap penyiapan
substrat
·
Tahap penyiapan medium
·
Tahap sterilisasi
·
Tahap inokulasi
·
Tahap inkubasi
4. Volume
filtrat hasil fermentasi yang diperoleh adalah 52 mL.
7.2 Saran
Diharapkan agar dalam praktikum
pelaksanaan uji aktivitas enzim amilas
edapat dilakukan, agar diketahui seberapa banyak enzim amilase yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. Ketela Pohon. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon).
Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Anonim.
2013. Sterilisator. (http://yurryelian.blogspot.com/2012/06/sterilisator .html)
Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.
Prayitno,
H. T. 2008. Pemisahan Padatan Tersuspensi
Limbah Cair Tapioka dengan Teknologi Membran Sebagai Upaya Pemanfaatan dan
Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Mappiratu,
dan Bakhri, S. 2013. Penuntuk Praktikum
Bioteknologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Tadulako. Palu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar