I . JUDUL : Resin Penukar Ion.
II.
TUJUAN
Menentukan
kapasitas resin penukar kation dan anion
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Resin
penukar ion adalah suatu senyawa organik berstruktur tiga dimensi dengan ikatan
silang dan mempunyai gugus-gugus fungsi yang dapat terionisasi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa resin penukar ion terdiri dari fase organik padat yang
tidak larut dalam air yang padanya terikat ion-ion bermuatan. Ion-ion inilah
yang dapat dipertukarkan dengan ion-ion yang lain. Resin adalah senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang mengandung
ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang mengandung
ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin
penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar
anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan. sedang
resin penukar anion, mengandung anion yang dapat yang dapat dipertukarkan
(Imamkhasani, 2006).
Suatu
resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan
dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan ke dalam suatu
metriks polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah polisterina
hubungan silang yang di atas diberikan sebagai absorben. Produk tersedia dengan
berbagai derajat hubungan silang. Suatu resin umum yang lazim ialah resin “8 %
terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu
dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1 – 0,5 mm,
meskipun ukuran-ukuran lain juga tersedia. Prinsip-prinsip dasar dari
pertukaran ion telah banyak menetapkan penelitian-penelitian dalam sistem air,
serta menghasilkan penetapan-penetapan yang berguna. Namun lingkup dari
pertukaran ion telah diperluas selama sekitar selama dekade terakhir ini,
dengan menggunakan baik sistem pelarut organik, maupun sistem pelarut campuran
air-organik. Pelarut-pelarut organik yang umum digunakan adalah
senyawaan-senyawaan akso dari tipe alkohol, keton dan karboksilat yang umunya
mempunyai tetapan dielektrik di bawah 40 (Svehla, 1985).
Resin
dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai
silang, sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik
untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur
dan berguna. Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus
penukar ion yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang
mengembang, harus lebih besar rapatannya daripada air (Harjadi, 1993).
Semua
penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat.
Mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan
mengandung ion-ion aktif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel
dengan ion-ion dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi
perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Penukaran ion bersifat
kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa suatu muatan
listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion
aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa
anion-anion dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Larutan
yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar dari kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran
ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai
kebentuk semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom
dengan reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang
disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah gugusan-gugusan yang
dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam miliekivalen. Kapasitas
penerobosan didefinisikan sebagai banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom
pada kondisi pemisahan, dapat juga dikatakan sebagai banyaknya miliekivalen ion
yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran yang dapat teramati. (Khopkar,1990).
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1. Alat
1.
Kaca arloji
2. Corong plastik
3. Kolom resin
4. Erlenmeyer 100 ml
5. Buret 25 ml
6. Statif dan klem
7. Gelas kimia 100 ml
8. Gelas ukur 50 ml
9. Corong pisah
10. Neraca analitik
11. Botol semprot
12. Pipet tetes
4.2.
Bahan
1.
Larutan
0,25 ml
2. Larutan NaOH
0,1 M
3. Resin
penukar anion
4. Resin
penukar kation
5. Aquadest
6. Indikator PP
7. Larutan Na
8. Larutan AgN
0,1 M
9. Indikator
Cr
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Penentuan
Kapasitas Resin Penukar Kation
1.
Menimbang resin penukar kation sebanyak 1 gram
2. Menyiapkan kolom resin penukar ion ukuran ± 15 cm x 1 cm
3.
Memasukkan resin penukar kation ke dalam kolom resin
4. Menambahkan aquadest
sampai terisi ½ bagian kolom untuk melindungi resin dengan permukaan air tetap
1 cm di atas permukaan resin.
5. Menambahkan 50 ml
larutan
0,25 M melalui corong pisah diatas kolom
dengan kecepatan penetapan 2 ml/menit
6.
Menampung efluen.
7. Bila semua efluen sudah
tertampung, menitrasi efluen dengan larutan standar NaOH 0,1 M dengan indikator
PP sebanyak 3 tetes sampai warna merah.
Reaksi
sebagai berikut :
2
+
à
2
+
8. Menentukan kapasitas
resin penukar kation dalam miliekivalen/gram adalah :
C
=
Dimana
:
C
= Kapasitas resin
a
= Molaritas NaOH (ml)
v
= Volume NaOH (ml)
W = Berat resin
(gr)
5.2.
Penentu Kapasitas Resin Penukar Anion
1. Menimbang resin penukar anion sebanyak 1 gram
2. Memasukkan resin penukar anion ke dalam kolom resin
3. Menambahkan aquadest dengan permukaan air
tetap 1 cm di atas permukaan resin.
5. Menambahkan 50 ml larutan
melalui corong pisah dengan penetesan ke dalam
kolom 2 ml/menit
6. Menampung efluen
7. Bila semua efluen sudah tertampung, menitrasi efluen dengan
larutan standar Ag
0,1 M dengan
sebagai indikator
Reaksi
yang terjadi :
+ N
-à
+
8. Menentukan kapasitas
resin penukar anion dalam miliekivalen/gram adalah :
C
=
Dimana
:
v
= Volume larutan Ag
(ml)
W
= Berat resin (gr)
b
= Molaritas Ag
VI. HASIL PENGAMATAN
No
|
Perlakuan
|
Volume Ag
|
Volume NaOH
|
1.
|
Resin penukar kation + 3 tetes
indikator PP + NaOH 0,1 M
|
_
|
0,2 ml
|
2.
|
Resin penukar anion + indikator
Cr
1 tetes + Ag
0,1 M
|
2,4 ml
|
_
|
VII. ANALISA DATA
7.1. Resin Penukar
Kation
C
=
Di
mana :
C
= Kapasitas resin
a = Molaritas NaOH (ml)
v = Volume NaOH (ml)
W = Berat resin (gr)
C =
= 0,02 Mek/gr
7.2. Resin Penukar Anion
C =
Dimana :
v = Volume larutan Ag
(ml)
W = Berat resin (gr)
b = Molaritas Ag
C =
= 0,24 Mek/gr
VIII. PEMBAHASAN
Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari
aneka ragam bahan, alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan
perilaku pertukaran ion dalam analisis laboratorium di mana keseragaman
dipentingkan dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat
stokiometri, yakni satu
diganti oleh suatu
.
Pada percobaan ini, perlakuan pertama yang dilakukan yaitu
penentuan kapasitas resin penukar kation dengan cara menimbang resin sebanyak 1
gram. Kapasitas resin penukar ion adalah suatu bilangan yang menyatakan
banyaknya ion yang dapat ditukarkan untuk setiap 1 gr resin kering, atau
banyaknya ion yang dapat ditukar untuk setiap 1 ml resin basah. Kemudian
memasukkan resin penukar kation ke dalam kolom resin dan menambahkan aquadest
untuk melindungi resin dengan permukaan air tetap 1 cm di atas permukaan resin.
Kemudian menambahkan 50 ml
0,25 M melalui corong pisah di atas kolom
dengan kecepatan 20 ml/menit. Kemudian menampung efluen. Di mana efluen
tersebut merupakan zat yang ada di dalam kolom resin tersebut atau fase gerak
yang mengakibatkan elusi. Setelah efluen tertampung, dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,1 M dan ditambahkan indikator PP yaitu untuk mengetahui titik
akhir titrasi dengan ditandai dengan perubahan warna. Volume NaOH yang
digunakan yaitu 0,2 ml. Dan larutan berwarna merah muda. Adapun diperoleh nilai
kapasitas resin penukar kation yaitu 0,02 Mek/gr.
Menurut Anonim (2012), bahwa resin penukar ion akan mengikat
gugus pengganti untuk gugus yang ada pada resin untuk melakukan interaksi atau
mobilisasi. Sehingga apabila gugus pada resin tidak memiliki pengganti, maka eluen
yang dihasilkan bukan bagian dari resin.
Adapun prinsip kerja dari resin penukar kation (
) gugus dari
yang dibiarkan dengan air berinteraksi denga
resin penukar kation yaitu gugus
dari resin yang berikatan dengan gugus
dari
sedangkan kation dari resin digantikan dengan
kation dari
yaitu gugus
.
Perlakuan kedua yaitu penentuan kapasitas resin penukar anion.
Pada perlakuan ini sama dengan perlakuan pada penentuan kapasitas resin penukar
kation. Namun pada perlakuan ini, larutan yang digunakan yaitu NaN
yang dialirkan secara teratur dengan corong
pisah masuk ke dalam kolom dan akan mengalami kontak dengan resin penukar anion
yang mengikat anion
sehingga anion cuplikan N
akan ditukar dengan anion
dari resin. Konsentrasi ion dari
yang diperoleh sebagai efluen ditentukan
dengan cara titrasi menggunakan larutan standar AgN
0,1
M dengan ditambahkan indikator
Cr
. Fungsi dari penambahan indikator
Cr
yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi
dengan ditandai perubahan warna yaitu berwarna merah bata. Volume Ag
yang terpakai yaitu 2,4 ml. dan diperoleh
nilai untuk kapasitas resin penukar anion sebesar 0,24 Mek/gr.
Adapun prinsip kerja dari resin penukar anion (
) gugus dari Na
yang berikatan dengan air berikatan dengan
resin penukar anion yaitu gugus
dari resin berikatan dengan gugus
dan NaN
dan menembus kolom membentuk efluen NaCl
sedangkan anion dari resin digantikan dengan anion dari NaN
yaitu gugus N
.
Jika dibandingkan antara resin penukar kation dan resin penukar
anion, yang lebih baik yaitu resin penukar anion. Hal ini disebabkan mungkin
resin penukar kation yang digunakan terdapat zat pengotor sehingga kurang bagus
pertukaran ionnya.
Faktor penting dalam resin penukar ion ini adalah kecepatan
tetes pada corong pisah harus sejalan atau sama dengan kecepatan tetes pada
kolom. Menurut Anonim (2012), hal ini bertujuan untuk keteraturan interaksi
dalam cairan. Karena apabila kecepatan lambat maka akan tidak sempurna
pembentukan senyawanya tetapi apabila terlalu cepat maka pembentukan senyawanya
lewat jenuh. Faktor lain adalah resin tidak boleh kering, karena apabila
resinnya kering akan menyebabkan tidak akan terjadinya pertukaran ion dalam
resin.
IX. PENUTUP
9.1. Kesimpulan
Dari
hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1 . Resin penukar ion merupakan polimer tinggi organik yang
mengandung gugus-gugus fungsional ionik dan merupakan salah satu metode
pemisahan zat di mana terjadi pergantian suatu ion yang terikat pada resin
dengan ion lain.
2. Kapasitas tukar ion akan bertambah seiring dengan banyaknya
ion-ion yang dipertukarkan.
3. Diperoleh nilai kapasitas resin penukar kation yaitu 0,02
Mek/gr dan kapasitas resin penukar anion yaitu 0,24 Mek/gr.
9.2. Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan lebih teliti
dalam melakukan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett,
J, dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Kedokteran EGC, Jakarta.
Harjadi,
W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Imamkhasani,
S., 2006, Resin Penukar Ion dan Penggunaanya Dalam Pengolahan Air,
Puslitbang Kimia Terapan, Buletin IPT.
Khopkar,
1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Svehla,
1985, Analisis Kulitatif Anorganik Makro dan Semimikro, Kalman Media
Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar