I.
Tujuan
Percobaan
Mempelajari sintesis asam hipurat
melalui reaksi benzoilasi senyawa amina.
II.
Tinjauan
Pustaka
Asam hipurat
(berasal dari kata hippos, kuda, dan ouron, urine) adalah sejenis
asam karboksilat
yang ditemukan dalam urin
kuda
dan herbivora lainnya. Asam hipurat yang mengkristal memiliki struktur prisma rombik
yang larut dalam air panas, meleleh pada 187 °C, dan berdekomposisi pada
240 °C. Konsentrasi asam hipurat yang tinggi juga mengindikasikan adanya
keracunan toluena.
Ketika senyawa-senyawa aromatik seperti asam benzoat
dan toluena
diserap oleh tubuh, senyawa-senyawa tersebut akan diubah menjadi asam hipurat
melalui reaksi dengan asam amino
glisina.
Reaksi sintesis asam hipurat melibatkan
asam amino glisin dengan benzoil klorida.

Asam hipurat akan terhidrolisis
oleh senyawa alkali
kaustik panas menjadi asam benzoat
dan glisina. Asam nitrit
mengubah asam hipurat menjadi asam benzoil glikolat,
C6H5C(=O)OCH2CO2H. Etil esternya
akan bereaksi dengan hidrazina,
menjadi hipuril hidrazina, C6H5CONHCH2CONHNH2,
yang digunakan oleh Theodor Curtius
untuk pembuatan azoimida
(Anonim, 2013).
Glisina atau asam aminoetanoat
adalah asam amino alami paling sederhana. Rumus kimianya C2H5NO2.
Asam amino ini bagi manusia bukan merupakan asam amino esensial
karena tubuh manusia dapat mencukupi kebutuhannya.
Glisina merupakan asam amino yang mudah
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Secara
umum protein tidak banyak mengandung glisina. Pengecualiannya ialah pada
kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya adalah glisina.
Glisina merupakan asam amino nonesensial
bagi manusia. Tubuh manusia memproduksi glisina dalam jumlah mencukupi. Glisina
berperan dalam sistem saraf
sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf pusat (CNS) (Hernandi,
2009).
Benzoil
klorida, juga dikenal sebagai benzenakarbonil klorida, adalah cairan
tidak berwarna dan berkabut C6H5COCl dengan bau yang
menusuk. Senyawa ini digunakan sebagai bahan kimia antara dalam pembuatan zat warna,
parfum,
peroksida, obat-obatan,
dan resin.
Ini juga digunakan dalam bidang fotografi
dan digunakan dalam proses pembuatan tanin
sintetik. Senyawa ini sebelumnya digunakan sebagai gas iritan dalam peperangan.
Pembuatan benzoil klorida adalah sama
dengan proses pembuatan asil klorida
lainnya, yaitu dengan mereaksikan asam benzoat
(C6H5COOH) dengan fosfor pentaklorida
atau tionil klorida.
Senyawa ini juga dapat dibuat dengan mengklorinasi benzaldehida
(Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), benzoil klorida
merupakan asil klorida
yang bereaksi dengan alkohol
dan amina,
menghasilkan ester
dan amida
terkait. Senyawa ini menjalani asilasi Friedel-Crafts
dengan arena,
menghasilkan benzofenon
terkait. Benzoil klorida juga beraksi dengan air, menghasilkan asam klorida
dan asam benzoat:
PhCOCl
+ H2O → PhCOOH + HCl
Benzoil
klorida bereaksi dengan natrium peroksida,
menghasilkan benzoil peroksida
dan natrium klorida:
2
PhCOCl + Na2O2 → (PhCO)2O2 + 2 NaCl
III.
Alat
dan Bahan
3.1
Alat
1. Erlenmeyer
100 mL
2. Gelas
kimia 50 mL
3. Gelas
ukur 10 mL dan 100 mL
4. Corong
Buchner
5. Gelas
arloji
6. Cawan
petri
7. Penangas
air
8. Batang
pengaduk
9. Neraca
analitik
10. Oven
11. Alat
penentu titik didih
12. Pipa
kapiler
3.2
Bahan
1. Glisin
2. Larutan
NaOH 10 %
3. Benzoil
klorida
4. Air
5. Es
6. Larutan
HCl
7. Larutan
CCl4
8. Kertas
pH universal
9. Kertas
saring
IV.
Prosedur
Kerja
1. Melarutkan
2,5 g glisin dalam 25 mL NaOH 10 % yang ditempatkan dalam erlenmeyer 100 mL.
2. Menambahkan
4,5 mL benzoil klorida dalam lima bagian penambahan. Mengocok setiap penambahan
sampai semua klorida telah bereaksi. Memindahkan larutan ke gelas kimia sambil
membilas erlenmeyer dengan sedikit air pada akhir penuangan.
3. Menempatkan
beberapa gram serpihan es dalam larutan, mengukur pH larutan,dan menambahkan
HCl sebanyak 1 tetes sehingga larutan bersifat asam.
4. Mengumpulkan
hasil endapan kristal asam hipurat yang masih mengandung pengotor asam benzoat
dengan corong buchner dan mencuci dengan air dingin, kemudian mengeringkan di
udara bebas.
5. Menempatkan
padatan dalam gelas kimia dan melengkapi dengan 10 mL CCl4. Menutup
gelas kimia dengan gelas arloji dan mendidihkan campuran dengan hati-hati
sampai pelarut menguap.
6. Membiarkan
campuran hingga agak dingin lalu mencuci asam hipurat dengan 4 mL CCl4
dan menyaring dengan corong buchner. Mengukur titik leleh kristal.
7. Merekristalisasi
dengan air mendidih (sekitar 50 mL). Mengumpulkan kristal asam hipurat dengan
penyaring Buchner dan mengeringkan dalam oven. Rendemen yang mungkin didapatkan
sekitar 4,5 g dengan titik leleh 187oC.
V.
Hasil
Pengamatan
Berat Kristal (g)
|
Titik Leleh (oC)
|
Warna Kristal
|
Berat total bahan (g)
|
||
Sebelum Rekristalisasi
|
Setelah Rekristalisasi
|
Sebelum Rekristalisasi
|
Setelah Rekristalisasi
|
||
2,11
|
0,675
|
175-178
|
178-180
|
Putih
|
7
|
Keterangan :
Berat cawan petri + kertas saring = 51,111 g
Berat cawan petri + kertas saring +
kristal sebelum rekristalisasi = 53,221 g
Berat cawan petri + kertas saring +
kristal setelah rekristalisasi = 51,786 g
ü Rendemen
Kristal Sebelum Rekristalisasi
Rendemen kristal (%) =
x 100 %

=
x 100 %

=
30,14 %
ü Rendemen
Kristal Setelah Rekristalisasi
Rendemen kristal (%) =
x 100 %

=
x 100 %

=
9,64 %
VII.
Pembahasan
Asam
hipurat (berasal dari kata hippos, kuda,
dan ouron, urine) adalah sejenis asam karboksilat
yang ditemukan dalam urin
kuda
dan herbivora lainnya. Asam hipurat yang mengkristal memiliki struktur prisma rombik
yang larut dalam air panas, meleleh pada 187 °C, dan berdekomposisi pada
240 °C.
Pada percobaan ini dilakukan
sintesis asam hipurat melalui reaksi benzoilasi senyawa amina. Asam hipurat
disintesis dari benzoil klorida dan asam amino glisin serta dibantu dengan basa
(NaOH) dan asam (HCl).
Pada perlakuan pertama melarutkan
asam amino glisin dengan NaOH. Glisin larut karena sifatnya yang polar sehingga
larut dalam NaOH yang juga polar. NaOH
berfungsi mengaktifkan senyawa glisin. Mekanisme reaksi pada tahap ini yaitu
ion hidroksil yang nukleofilik dari NaOH mengambil hidrogen dari atom nitrogen
senyawa glisin sehingga membentuk muatan negatif dengan melepas air.
Selanjutnya dilakukan penambahan
benzoil klorida sedikit demi sedikit sampai klorida habis bereaksi yang dibantu
dengan pengocokkan sehingga menghasilkan
larutan bening. Pada tahap ini terjadi pembentukan asam benzoat akibat reaksi
benzoil klorida dengan NaOH. Ion hidroksil dari NaOH menembak karbonil dari
benzoil klorida yang kemudian menghasilkan senyawa intermediet lalu membentuk
asam benzoat dengan melepas NaCl.
Larutan yang terbentuk kemudian
dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dibilas dengan air. Selanjutnya
ditambahkan beberapa gram serpihan es ke dalam larutan. Pada tahap ini larutan
berubah menjadi warna putih. Penambahan serpihan es berfungsi dalam mempercepat
kristalisasi (proses pembentukan kristal). Kemudian dilakukan penambahan HCl
agar larutan bersifat asam. HCl berfungsi sebagai katalis.
Mekanisme reaksi pada tahap ini
yaitu atom nitrogen yang bermuatan negatif dari glisin menembak karbonil dari
asam benzoat sehingga terjadi resonansi dengan atom oksigen dari karbonil
mengambil hidrogen dari HCl. Ikatan C-N terbentuk. Senyawa asam hipurat
terbentuk dengan melepas NaCl dan air.
Kristal asam hipurat yang masih
mengandung pengotor asam benzoat yang tidak bereaksi disaring menggunakan
corong Buchner dan dicuci dengan air dingin untuk mengeliminasi alkali
(natrium). Adapun fungsi dari penyaring buchner adalah untuk menyaring suatu
larutan pada senyawa tertentu hingga didapatkan hasil yang maksimal, cepat dan
akurat. Prinsip kerja penyaringan ini yaitu dengan meminimalisir suatu tekanan
di dalam sistem, sehingga tekanan di luar sistem (lingkungan) menjadi lebih
besar sehingga hal ini kemudian akan mempercepat proses penyaringan.
Kristal yang diperoleh dikeringkan di
udara bebas lalu ditentukan titik leleh kristal dengan alat penentu titik
leleh. Titik leleh adalah suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari
padatan menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh
dapat dicari melalui sebuah eksperimen. Bahan yang diperlukan adalah pipa
kapiler dan alat penentu titik leleh. Menurut Anonim (2013), titik leleh juga dapat
digunakan sebagai acuan apakah senyawa tersebut murni atau tidak. Senyawa murni
biasanya mempunyai rentangan titik leleh tak lebih dari 3 derajat Celcius.
Misalnya, suatu bahan mempunyai titik leleh 128-136o C, maka dapat
diketahui senyawa tersebut belum murni karena rentang titik lelehnya adalah 8oC.
Berat
kristal yang diperoleh yaitu 2,11 gram dengan warna
kristal putih. Rendemen kristal yang diperoleh yaitu 30,14
%. Titik leleh kristal yang diperoleh yaitu 175oC - 178oC.
Kristal yang telah kering ditempatkan
dalam gelas kimia dan dilakukan penambahan karbon tetraklorida (CCl4)
yang berfungsi untuk melarutkan asam hipurat sehingga pengotor (asam benzoat)
yang tidak larut dapat terpisah yang selanjutnya campuran didihkan agar asam
benzoat menguap. Campuran yang didihkan ditutup dengan gelas arloji karena asam
benzoat memiliki titik didih yang hampir sama dengan asam hipurat sehingga
senyawa asam hipurat yang menguap tidak keluar. Menurut Anonim (2013), titik
didih asam benzoat yaitu 249 °C (522 K) sedangkan titik didih asam hipurat
yaitu 240 °C.
Campuran selanjutnya dibiarkan hingga
agak dingin kemudian kristal asam hipurat dicuci kembali dengan CCl4
lalu disaring dengan corong buchner.
Selanjutnya dilakukan rekristalisasi. Rekristalisasi
merupakan proses pembentukan kembali kristal yang bertujuan untuk mengendalikan
pembentukan kristal sehingga didapat kristal yang baik dan juga untuk
memurnikan kristal. Prinsip rekristalisasi adalah melarutkan senyawa dengan
pelarut yang sesuai di dekat titik didih pelarut lalu didinginkan untuk
membentuk kembali kristal. Syarat utama pelarut yang digunakan adalah
melarutkan senyawa pada titik didih pelarut tetapi sedikit atau sama sekali
tidak melarutkan senyawa pada suhu kamar dan tidak bereaksi dengan senyawa.
Rekristalisasi dilakukan menggunakan air
mendidih. Asam hipurat larut dalam air mendidih selain itu juga digunakan untuk
menghilangkan pengotor dalam hal ini NaCl sebagai hasil samping. Kemudian disaring
kembali dengan penyaring buchner lalu dikeringkan dalam oven. Selanjutnya
ditentukan kembali titik leleh kristal.
Hasil yang diperoleh yaitu berat kristal
sebanyak 0,675 gram dengan titik leleh 178oC
– 180oC dan kristal berwarna putih. Rendemen kristal yang diperoleh
yaitu 9,64 %. Menurut Tim Dosen Kimia Organik Sintesis
(2013), titik leleh asam hipurat murni yaitu 187oC dengan rendemen
4,5 gram. Hasil percobaan tidak sesuai dengan literatur, hal ini mungkin karena
masih ada pengotor pada kristal sehingga titik lelehnya tidak sesuai. Rendemen
yang dihasilkan juga tidak sesuai, hal ini karena kurangnya dilakukan
pengocokkan sehingga senyawa yang digunakan tidak bereaksi seluruhnya akibatnya
rendemen yang dihasilkan sedikit.
VIII.
Penutup
8.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Asam hipurat adalah sejenis asam karboksilat
yang ditemukan dalam urin
kuda
dan herbivora lainnya.
2. Sintesis
asam hipurat dapat dilakukan dengan menggunakan benzoil klorida dan asam amino
glisin dalam suasana basa dan asam.
3. Berat
kristal sebelum rekristalisasi yang diperoleh yaitu 2,11 gram dengan warna kristal putih. Rendemen kristal yang diperoleh yaitu
30,14
%. Titik leleh kristal yang diperoleh yaitu 175oC - 178oC.
4. Berat
kristal setelah rekristalisasi yaitu 0,675 gram dengan titik
leleh 178oC – 180oC dan kristal berwarna putih. Rendemen
kristal yang diperoleh yaitu 9,64 %.
8.2
Saran
Pada praktikum selanjutnya
disarankan menggunakan bahan lain misalnya asam benzoat.
5.
Daftar
Pustaka
Anonim,
2013, Benzoil Klorida (http://id.wikipedia.org/wiki/Benzoil_klorida
Diakses tanggal 22 Mei 2013).
Anonim,
2013, Cara Menentukan Titik Leleh (http://www.ilmukimia.org/2013/04/
cara-menentukan-titik-leleh.html
Diakses tanggal 15 Mei 2013).
Hernandi,
2009, Asam Amino Komponen Penyusun Protein (http://hernandhyhidayat.wordpress.com/asam-amino-komponen-penyusun-protein/
Diakses tanggal 15 Mei 2013).
Tim
Dosen Kimia Organik Sintesis (2013), Penuntun
Praktikum Kimia Organik Sintesis, FMIPA UNTAD, Palu.
Lampiran

Proses penyaringan dengan corong Buchner
Lembar
Asistensi
Nama :
Sayu Nila Widayanti
Stambuk :
G 301 10 018
Kelompok :
V
Asisten :
Mifta Julyani
No
|
Hari/Tanggal
|
Perbaikan
|
Paraf
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar