I.
Tujuan
Percobaan
Mempelajari
pembuatan asam cuka secara fermentasi menggunakan substrat gula putih dalam air
kelapa dengan inokulum ragi roti dan ragi tape.
II.
Tinjauan
Pustaka
Fermentasi
berasal dari bahasa Latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring
perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses
yang melibatkan mikroorganisme untuk
menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit primer dan sekunder dalam suatu lingkungan
yang dikendalikan. Pada mulanya istilah
fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi
alkohol yang berlangsung secara anaerob.
Namun, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik
yang dilakukan mikroorganisme yang
melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan kata lain, fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis (Anonim,
2013).
Menurut
Anonim (2013), produk fermentasi dapat digolongkan menjadi 4 jenis:
1.
produk biomassa
2.
produk enzim
3.
produk metabolit
4.
produk transformasi
Dalam bioproses fermentasi memegang peranan penting
karena merupakan kunci (proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis
biologis. Bahan-bahan yang diuhasilkan melalui fermentasi merupaklan
hasil-hasil metabolit sel mikroba, misalnya antibiotik, asam-asam organik,
aldehid, alkohol, fussel oil, dan sebagainya. Di samping hasil-hasil metabolit
tersebut, fermentasi juga dapat diterapkan untuk menghasilkan biomassa sel
mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan dalam pembuatan
roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk fermentasi di atas dibutuhkan kondisi
fermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang bervariasi juga
karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan, substrat
(media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga produk yang
dihasilkan optimal (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), pada percobaan ini digunakan
ragi Saccharomycess cereviceae, yang bersifat fakulktatif anaerobik.
Pada kondisi aerobik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi
bioenergetik adalah oksigen. Pemanfaatan pada keadaan ini menghasilkan
penambahan biomassa sel dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 → CO2 + H2O + biomassa sel
Menurut Anonim (2013), pada kondisi anaerobik, Saccharomycess
cereviceae menggunakan senyawa organik sebagai akseptor elektron terakhir
pada jalur reaksi bioenergetik. Dalam hal ini yang digunakan adalah glukosa
dari substrat dengan hasil akhir perombakan berupa alkohol (etanol), aldehid,
asam organik, dan fussel oil. Reaksi yang berlangsung dalam keadaan
anaerobik tersebut adalah sebagai berikut:
C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping
Menurut Anonim (2013), pada percobaan ini digunakan
glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glikosa yang
sederhana sehingga mudah digunakan oleh Saccharomycess cereviceae. Glukosa
digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk
membentuk material penyusun sel baru.
Glukosa disebut juga reducing sugar sehingga pemanfaatannya oleh Saccharomycess
cereviceae dilakukan dengan mengoksidasi glukosa yaitu dengan cara
pemutusan ikatan rangkap pada gugus karbonil glukosa. Media yang digunakan di dalam fermentasi
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Mengandung nutrisi yang dibutuhkan
bagi pertumbuhan sel Saccharomycesscereviceae
2.
Mengandung nutrisi yang dapat
digunakan sebagai sumber energi bagi sel Saccharomycess cereviceae
3.
Tidak mengandung zat yang menghambat
pertumbuhan sel
4.
Tidak terdapat kontaminan yang dapat
meningkatkan persaingan dalam penggunaan substrat.
Oleh karena itu, selain glukosa, ke dalam medium
fermentasi juga ditambahkan zat-zat lain yang berfungsi sebagai sumber
makronutrien dan mikronutrien serta growth factor (Anonim, 2013).
Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan
kinetikanya dapat digunakaan untuk meramal produksi biomassa dalam suatu proses
fermentasi. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku mikroba
dapat digolongan dalam faktor intraseluler dan faktor ekstraselular. Faktor
intraselular meliputi struktur, mekanisme, metabolisme, dan genetika. Sedangkan
faktor ekstraselular meliputi kondisi lingkungan seperti pH, suhu, tekanan
(Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), proses pertumbuhan mikroba
merupakan proses yang memiliki batas tertentu. Pada saat tertentu, setelah
melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa kematian. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain:
1.
Penyusutan konsentrasi nutrisi yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena habis terkonsumsi.
2.
Produk akhir metabolisme yang
menghambat pertumbuhan mikroba karena terjadinya inhibisi dan represi.
Menurut Anonim (2013), pertumbuhan kultur mikroba
umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba
dapat terbagi dalam beberapa tahapn antara lain:
1.
Fasa stationer adalah fasa yang
disebut fasa adaptasi/ lag phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun
berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha merombak materi-materi dalam
medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam
medium ada komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim
ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung
seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk
pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup.
2.
Fasa pertumbuhan dipercepat adalah
fasa dimana mikrioba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium
fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak tumbuh dan membelah diri sehingga
jumlahnya meningkat dengan cepat.
Menurut Anonim (2013), laju pertumbuhan mikroba dapat
dihitung sebagai berikut :
Laju
pertumbuhan µ =
meningkat mencapai nilai maksimumnya.

µ = laju
pertumbuhan mikroba (sel/detik)
X = jumlah
mikroba hidup
Menurut Anonim (2013), proses fermentasi ragi tersebut
melalui 4 tahapan:
1.
Tahap persiapan medium fermentor
2.
Tahap sterilisasi
3.
Tahap pembuatan inokulum dan
pengembangan starter
4.
Tahap pelaksanaan fermentasi
Menurut Anonim (2013), Fermentasi dapat dibagi menjadi
tiga sebagai berikut :
1.
Fermentasi
alkohol
Fermentasi
alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol)
dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae
(ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
Fermentasi alkohol pada dasarnya adalah
suatu cara produksi alkohol (etanol)
menggunakan bantuan aktivitas mikroorganisme. Alkohol yang dihasilkan sering
disebut sebagai bioetanol. Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi
alkohol pada umunya kelompok mikroba khamir seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces
uvarium. Saccharomyces cerevisiae
telah diperdagangkan dalam bentuk bubuk yang dikenal dengan nama ragi roti,
yaitu ragi yang digunakan dalam pembuatan roti. Substrat atau bahanbaku
fermentasi alkohol dapat berasal dari gula seperti gula putih, nira aren, nira
kelapa, nira lontara dan molase. Substrat ini dimetabolisme menjadi alkohol.
Selain gula dapat juga digunakan bahan berpati (misalnya ubi jalar, ubi kayu
dan sagu) dan bahan berselulosa sebagai bahan baku misalnya jerami padi. Agar
bahan ini dapat bertindak sebagai substrat, pati dan selulosa perlu
dihidrolisis lebih dulu menjadi gula sederhana, baik dalam bentuk monosakarida
maupun dalam bentuk disakarida. Hidrolisis tersebut dapat berlangsung secara
kimia dan enzimatik. Untuk melarutkan dan menambah unsur-unsur mineral dan
sumber Nitrogen yang diperlukan oleh ragi roti, akan digunakan air kelapa
sebagai pelarut pengganti air, dan pupuk urea (Mappiratu dkk, 2013).
Menurut Salle (1974), Pada fermentasi
ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO2 dengan
reaksi sebagai berikut :

2.
Fermentasi
asam laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi
pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja
terlalu berat di dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan
kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan
otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk
diubah kembali menjadi piruvat.
3.
Fermentasi
asam cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung
dalam keadaan aerob. fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka
(acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih
besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.
Fermentasi asam cuka atau asam asetat pada dasarnya
merupakan fermentasi lanjut produk fermentasi alkohol. Pada fermentasi alkohol
digunakan ragi, sedangkan fermentasi lanjut alkohol digunakan bakteri aceto
bacter. Aseto bacter ini terdapat di dalam ragi tape yag dijual secara
komersial. Oleh karena itu, ragi tape dapat digunakan untuk mengubah alkohol
menjadi asam cuka pada fermentasi lanjut melalui reaksi oksidasi alkohol secara
bertahap. Tahap awal oksidasi akan dihasilkan asetaldehid dan tahap selanjutnya
menjadi asam cuka atau asam asetat (Mappiratu dkk, 2013).
Menurut Salle (1974), reaksi
yang terjadi adalah reaksi aerob dengan reaksi sebagai berikut :


Etanol asetaldehid


Asetaldehid asam asetat
III.
Alat
dan Bahan
3.1 Alat
1. Neraca
analitik
2. Gelas
ukur 100 mL
3. Gelas
ukur 250 mL
4. Gelas
ukur 500 mL
5. Erlenmeyer
1 liter
6. Batang
pengaduk
7. Selang
plastik
8. Gelas
kimia 500 mL
9. Erlenmeyer
50 mL
10. Kain
saring
11. Alkoholmeter
12. Ember
13. Botol
semprot
14. Penangas
air
15. Pipet
tetes
16. Buret
50 mL
17. Statif
dan klem
3.2 Bahan
1. Gula
putih
2. Air
kelapa
3. Ragi
roti
4. Aluminium
foil
5. Kapas
6. Akuades
7. Es
batu
8. NaOH
1 M
9. Indikator
pp
10. Ragi
tape
IV.
Prosedur
Kerja
4.1 Substrat
Gula dalam Air Kelapa.
1. Mengambil
gula putih sebanyak 75 gram, kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 1 liter,
dan menambahkan air kelapa sebanyak 500 mL dan mengaduk-aduknya hingga gula
larut.
2. Menutup
dengan kapas campuran yang ada didalam erlenmeyer yang disambung dengan pipa
(seperti pada gambar 1), kemudian memanaskannya hingga mendidih.
![]() |


![]() |
![]() |
kapas
![]() |


Gambar 1. Larutan gula dalam air kelapa dalam erlenmeyer
yang
akan dipanaskan sampai mendidih.
3. Membuat
suspensi ragi roti dengan cara melarutkan 5 gram ragi roti dengan 30 mL air.
4. 

Memasukkan suspensi
ragi roti ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat yang telah dingin, kemudian
menutupnya dan menyambungnya dengan erlenmeyer lain seperti terlihat pada
gambar 2.



![]() |



Air
keran Gambar 2.
Rangkaian alat pada proses inkubasi.
5. Membiarkan
(inkubasi) pada suhu ruang selama 72 jam.
6. Menambahkan
ragi tape sebanyak 0,1% ke dalam erlenmeyer yang telah difermentasi menjadi
alkohol.
7. Menutup
kembali erlenmyer dengan kapas dan membiaran selama 4 hari.
8. Memisahkan
massa sel dengan cara penyaringan, kemudian mengukur volume cairan (asam cuka)
yang dihasilkan dan enentukan rendemennya, selanjutnya menentukan kadar filtrat
menggunakan metode titrasi.
9. Menentukan
rendemen asam cuka yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Rendemen
asam cuka (%)=

V.
Hasil
Pengamatan dan Analisa Data
5.1 Hasil
pengamatan
Bahan
|
NaOH 0,1 N (mL)
|
Volume Alkohol (mL)
|
Gula dalam air kelapa
|
5,5
|
505
|
5.2 Analisa
data
a. Rendemen
alcohol
Rendemen asamcuka(%)=

= 

= 101 %
b. Rendemen asam
cuka
𝛒 =


m = 𝛒 x v
= 0,95 gr/mL x 10 mL
= 9,5 gram
Kadar
asam cuka(%)=

=

= 3,47 %
VI.
Pembahasan
Fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara membuat
asam cuka secara fermentasi dengan menggunakan substrat gula dalam air kelapa
dengan menggunakan inokulum ragi roti dan ragi tape. Fermentasi asam cuka atau
asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut produk fermentasi
alkohol. Pada fermentasi alkohol digunakan ragi, sedangkan fermentasi lanjut
alkohol digunakan bakteri aceto bacter.
Gula adalah suatu karbohidrat
sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama, gula
paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristalsukrosa
padat dan gula sebagai sukrosa diperoleh dari niratebu,
bit gula, atau aren.
Air kelapa adalah cairan bening dalam kelapa muda (dari buah kelapa ), ia memiliki konten kalium yang tinggi, mengandung antioksidan,
mengandung sitokinin,
bahan biologis aktif yaitu L-arginine, asam askorbat, magnesium dll.
Ragi adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa
jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti fermentasi minuman
beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan ragi
merupakan anggota Divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam
Basidiomycota. Ragi roti mengandung mikroorganisme yaitu Saccharomyces cereviseae.
Proses fermentasi alkohol diawali penyiapan medium
yang terdiri dari dua macam larutan. Larutan pertama yaitu brisi garam-garam
nutrisi untuk pertumbuhan ragi yaitu air
kelapa. Air kelapa ini fungsinya sebagai sumber makronutrien atau mikronutrien
karena mengandung banyakmineral. Nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ragi
di dalam medium yaitu unsur N, S, O, Mg, K, Ca. larutan kedua adalah substrat
yang umumnya berupa gula. Gula adalah substrat utama karena glukosa yang akan
dirombak oleh Saccharomyces cereviseae menjadi
alkohol. Gula berfungsi sebagai sumber
karbon dan sumber energi. Prosesnya yaitu dengan mencampurkan gula dan air
kelapa didalam erlenmeyer 1 liter dan kemudian diaduk. Tujuan mengaduk adalah
untuk melarutkan gula. Gula dibuat menjadi larut agar lebih mudah ketika diubah
menjadi alkohol oleh inokulum ragi roti.
Tahap selanjutnya yaitu mensterilkan
larutan. Tujuannya adalah untuk membebaskan alat dan bahan dari kontaminasi
mikrooganisme lain. Hal ini sangat diperlukan untuk dilakukan karena memberkan
dampak yang merugikan yaitu akan mengurangi jumlah produk akibat persaingan
penggunaan substrat, kontaminan menghambat proses metabolisme sel dan
kontaminan meningkatkan turbiditas segingga terjadi kekacauan ketika dilakukan
pengukuran terhadap jumlah sel. Caranya yaitu dengan menutup mulut erlenmeyer
dengan kapas yang tujuannya adalah mengalirkan udara panas dari dalam
erlenmeyer sehingga tidak terjadi tekanan yang tinggi di dalam erlenmeyer
ketika sterilisasi dilakukan dan meminimalkan hilangnya uap air ketika
sterilisasi dilakukan. Kemudian memanaskannya hingga mendidih. Dipanaskan
hingga mendidih agar protein sel kontaminan mengalami denaturasi sehingga tidak
mengganggu proses fermentasi alkohol.
Langkah selanjutnya adalah penyiapan
inokulum ragi roti, dengan cara melarutkan ragi roti dengan air dengan.
Pelarutan dalam air bertujuan untuk mengadaptasikan sel terhadap media
fermentasi, sehingga akan diperoleh pertumbuhan sel ragi yang maksimum (fasa
eksponensial) dalam waktu singkat yang mana fasa adaptasi telah terlewati.
Digunakana ragi roti karena mengandung Saccharomyces cereviseae. Saccharomyces cereviseae digunakan
karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar gula dan alkohol yang
tinggi dan tetap melakukan aktivitas pada suhu 4-32 oC.
Kemudian dilakukan pengocokan yang tujuannya adalah untuk mempermudah difusi
oksigen dalam medium sehingga kontak antara oksigen dengan inokulum semakin
banyak dan lebih cepat homogen.
Kemudian langkah selanjutnya adalah
melaksanakan fermentasi. Dengan cara memasukkan suspensi ragi roti ke dalam
erlenmeyer yang berisi substrat yang telah dingin, kemudian menutupnya dan
menyambungnya dengan erlenmeyer lain yang berisi kapur tohor (CaO). Substrat
yang digunakan harus dingin hal ini karena ditakutkan sel ragi roti akan
terdenaturasi akibat substrat yang masih panas. Karena terdenaturasinya sel
ragi akan menyebabkan gagalnya proses fermentasi alkohol. Sel ragi roti adalah
fermentor dalam proses fermentasi. Kemudian menginkubasinya pada suhu ruang
selama 72 jam. Digunakan suhu ruang untuk mencegah denaturasi pada sel ragi
(inokulumnya). Dan didiamkan selama 72 jam adalah merupakan waktu optimum
dengan kadar alkohol yang maksimum. Menurut Estie dkk (2010), kadar alkohol
yang paling tinggi diperoleh pada penyimpanan (inkubasi) selama 72 jam.
Terbentuk gas pada erlenmeyer yang
menandakan telah terdapat alkohol didalamnya. Dan terdapat endapan pada air
keran yang menyatakan bahwa telah terdapat CO2 yang dihasilkan dari
proses fermentasi alkohol. Warna larutan berubah karena adanya karbon dioksida
yang larut dalam air.
Tahap selanjutnya adalah tahap lanjutan
fermentasi alkohol agar dihasilkan asam cuka dengan cara menambahkan ragi tape
sebanyak 0,1% ke dalam erlenmeyer yang telah difermentasi menjadi alkohol. Ragi
tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu
genus Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang
bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum,
sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi
alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya. Acetobacter mengubah alkohol
menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan yaitu menghasilkan
fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
mendapat keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang diubah berbeda-beda. Ragi
tape merupakan pemeran utama dalam fermentasi ini, karena ragi tape yang terdapat
acetobacter didalamnya akan menghasilkan enzim. Enzim inilah yang akan memecah
alkohol menjadi asam cuka.
Telah diketahui bahwa kadar alkohol
cukup tinggi setelah dilakukan fermentasi dengan ragi roti. setelah diukur
dengan alkoholmeter/ hidrometer diketahui kadarnya sebesar 6%, sehingga proses
fermentsi lanjutan yaitu fermentsi asam cuka dapat dilakukan.Hidrometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan relatif) dari
cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Hidrometer biasanya
terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan bola pembobotan
dengan merkuri untuk membuatnya mengapung. Cairan yang akan diuji dituangkan ke
dalam wadah yang tinggi, seringkali sebuah silinder lurus dan hidrometer dengan
perlahan diturunkan ke dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana
permukaan cairan menyentuh hidrometer yang dicatat.
Kemudian menginkubasi selama 4 hari.
Proses ini membutuhkan oksigen atau secara aerob. Tetapi dilapangan dilakukan
secara anaerob, karena mulut erlenmeyer ditutup kembali dengan kapas yang
seharusnya hanya ditutup dengan kain saring. Tujuan menginkubasi 4 hari adalah agar
diperoleh rendemen asam cuka yang tinggi dan pada saat ini pula aceto bacter
akan berkembang dan mengubah alkohol menjadi asam asetat. Inkubasi tidak boleh
terlalu lama karena asam asetat akan teroksidasi menjadi karbondioksida dan air
sedangkan kalau terlalu pendek waktu inkubasi maka asam cuka yang dihasilkan
hanya sedikit.
Kemudian memisahkan massa sel dengan cara
penyaringan, untuk memisahkan endapan dari filtratnya. Kemudian mengukur volume
cairan (asam cuka) yang dihasilkan dan diperoleh volume cairan sebanyak 505 mL.
Setelah dihitung rendemennya diperoleh
rendemen sebesar 101%.
Menentukan kadar asam cuka yaitu
dengan menggunakan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan dengan mengambil filtrat asam cuka sebanyak
menambahkan 3 tetes indikator pp dan menitrasinya dengan menggunakan larutan
NaOH 0,1 N. Titrasi ini biasa disebut titrasi alkalimetri.
Titrasi alkalimetri biasa digunakan untuk titrasi asam basa, dimana larutan
standar (suatu basa) yang diteteskan melalui buret kedalam larutan asam dengan
menggunakan suatu indikator. Apabila telah terjadi perubahan warna yaitu merah
muda maka larutan telah mencapai keseimbangan atau netral. Jumlah mL NaOH yang
digunakan adalah 5,5 mL. Setelah itu dihitung kadarasamcukayaitusebesar 3,47 %.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fermentasi
asam cuka atau asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut produk
fermentasi alkohol. Pada fermentasi alkohol digunakan ragi, sedangkan
fermentasi lanjut alkohol digunakan bakteri aceto bacter.
2. Komponen
utama medium fermentasi asam cuka terdiri dari air kelapa sebagai mikronutrien
dan makronutrien dan gula sebagai substrat utama yang akan terlebih dahulu
menjadi alkohol kemudian diubah menjadi asam cuka.
3. Tahap-tahap
fermentasi yaitu:
a. Tahap
penyiapan medium.
b. Tahap
sterilisasi medium.
c. Tahap
penyiapan inokulum ragi roti.
d. Tahap
melaksanakan fermentasi.
e. Tahap
lanjutan fermentasi alkohol.
4. Volume
filtrat yang diperoleh sebanyak 505 mL dengan rendemen diperoleh sebesar 101%. Dan kadar asam cuka yaitu
sebesar 3,47%.
7.2 Saran
Diharapkan agar dalam proses penyimpananselama 4 haridisimpan di
Loyang danditutupikainsaringkarenadalam proses
fermentasiasamcukadiperlukanoksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. Teknik Fermentasi. (http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2012/05/fer-teknik-fermentasi.pdf)
Diakses pada tanggal 13 Mei 2013.
Anonim.
2013. Fermentasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi?g_q=
fermentas%20adalah) Diakses pada tanggal
13 Mei 2013.
Mappiratu,
dan Bakhri, S. 2013. Penuntuk Praktikum
Bioteknologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Tadulako. Palu.
Salle,
A. J. Fundamental Pronciples of
Bacteriology. Tata Mc Graw Hill. New Delhi.
Yuarini,
D.A.A. 2007. Proses Produksi Dan Karakteristik Arak di Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Udayana. Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar