Kamis, 10 April 2014

FERMENTASI ASAM CUKA




       I.            Tujuan Percobaan
Mempelajari pembuatan asam cuka secara fermentasi menggunakan substrat gula putih dalam air kelapa dengan inokulum ragi roti dan ragi tape.

    II.            Tinjauan Pustaka
Fermentasi berasal dari bahasa Latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang  melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit  primer dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Pada mulanya istilah  fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol  yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi  menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang  melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan  kata lain, fermentasi adalah perubahan  struktur kimia dari bahan-bahan organik  dengan memanfaatkan agen-agen biologis  terutama enzim sebagai biokatalis (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), produk fermentasi dapat digolongkan menjadi 4 jenis:
1.      produk biomassa
2.      produk enzim
3.      produk metabolit
4.      produk transformasi
Dalam bioproses fermentasi memegang peranan penting karena merupakan kunci (proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis biologis. Bahan-bahan yang diuhasilkan melalui fermentasi merupaklan hasil-hasil metabolit sel mikroba, misalnya antibiotik, asam-asam organik, aldehid, alkohol, fussel oil, dan sebagainya. Di samping hasil-hasil metabolit tersebut, fermentasi juga dapat diterapkan untuk menghasilkan biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan dalam pembuatan roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk fermentasi di atas dibutuhkan kondisi fermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang bervariasi juga karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga produk yang dihasilkan optimal (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), pada percobaan ini digunakan ragi Saccharomycess cereviceae, yang bersifat fakulktatif anaerobik. Pada kondisi aerobik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi bioenergetik adalah oksigen. Pemanfaatan pada keadaan ini menghasilkan penambahan biomassa sel dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 → CO2 + H2O + biomassa sel
Menurut Anonim (2013), pada kondisi anaerobik, Saccharomycess cereviceae menggunakan senyawa organik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi bioenergetik. Dalam hal ini yang digunakan adalah glukosa dari substrat dengan hasil akhir perombakan berupa alkohol (etanol), aldehid, asam organik, dan fussel oil. Reaksi yang berlangsung dalam keadaan anaerobik tersebut adalah sebagai berikut:
C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping
Menurut Anonim (2013), pada percobaan ini digunakan glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glikosa yang sederhana sehingga mudah digunakan oleh Saccharomycess cereviceae. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru.  Glukosa disebut juga reducing sugar sehingga pemanfaatannya oleh Saccharomycess cereviceae dilakukan dengan mengoksidasi glukosa yaitu dengan cara pemutusan ikatan rangkap pada gugus karbonil glukosa.  Media yang digunakan di dalam fermentasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan sel Saccharomycesscereviceae
2.      Mengandung nutrisi yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sel Saccharomycess cereviceae
3.      Tidak mengandung zat yang menghambat pertumbuhan sel
4.      Tidak terdapat kontaminan yang dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan substrat.
Oleh karena itu, selain glukosa, ke dalam medium fermentasi juga ditambahkan zat-zat lain yang berfungsi sebagai sumber makronutrien dan mikronutrien serta growth factor (Anonim, 2013).
Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakaan untuk meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongan dalam faktor intraseluler dan faktor ekstraselular. Faktor intraselular meliputi struktur, mekanisme, metabolisme, dan genetika. Sedangkan faktor ekstraselular meliputi kondisi lingkungan seperti pH, suhu, tekanan (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas tertentu. Pada saat tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain:
1.      Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena habis terkonsumsi.
2.      Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena terjadinya inhibisi dan represi.
Menurut Anonim (2013), pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahapn antara lain:
1.      Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/ lag phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup.
2.      Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikrioba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat.
Menurut Anonim (2013), laju pertumbuhan mikroba dapat dihitung sebagai berikut :
Laju pertumbuhan µ =         meningkat mencapai nilai maksimumnya.
µ = laju pertumbuhan mikroba (sel/detik)
X = jumlah mikroba hidup
Menurut Anonim (2013), proses fermentasi ragi tersebut melalui 4 tahapan:
1.      Tahap persiapan medium fermentor
2.      Tahap sterilisasi
3.      Tahap pembuatan inokulum dan pengembangan starter
4.      Tahap pelaksanaan fermentasi
Menurut Anonim (2013), Fermentasi dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut :
1.      Fermentasi alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
Fermentasi alkohol pada dasarnya adalah suatu cara produksi alkohol  (etanol) menggunakan bantuan aktivitas mikroorganisme. Alkohol yang dihasilkan sering disebut sebagai bioetanol. Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi alkohol pada umunya kelompok mikroba khamir seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces uvarium. Saccharomyces cerevisiae telah diperdagangkan dalam bentuk bubuk yang dikenal dengan nama ragi roti, yaitu ragi yang digunakan dalam pembuatan roti. Substrat atau bahanbaku fermentasi alkohol dapat berasal dari gula seperti gula putih, nira aren, nira kelapa, nira lontara dan molase. Substrat ini dimetabolisme menjadi alkohol. Selain gula dapat juga digunakan bahan berpati (misalnya ubi jalar, ubi kayu dan sagu) dan bahan berselulosa sebagai bahan baku misalnya jerami padi. Agar bahan ini dapat bertindak sebagai substrat, pati dan selulosa perlu dihidrolisis lebih dulu menjadi gula sederhana, baik dalam bentuk monosakarida maupun dalam bentuk disakarida. Hidrolisis tersebut dapat berlangsung secara kimia dan enzimatik. Untuk melarutkan dan menambah unsur-unsur mineral dan sumber Nitrogen yang diperlukan oleh ragi roti, akan digunakan air kelapa sebagai pelarut pengganti air, dan pupuk urea (Mappiratu dkk, 2013).
Menurut Salle (1974), Pada fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO2 dengan reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 2 CH3CH2OH + CO2 
2.      Fermentasi asam laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat di dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat.
3.      Fermentasi asam cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.
Fermentasi asam cuka atau asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut produk fermentasi alkohol. Pada fermentasi alkohol digunakan ragi, sedangkan fermentasi lanjut alkohol digunakan bakteri aceto bacter. Aseto bacter ini terdapat di dalam ragi tape yag dijual secara komersial. Oleh karena itu, ragi tape dapat digunakan untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka pada fermentasi lanjut melalui reaksi oksidasi alkohol secara bertahap. Tahap awal oksidasi akan dihasilkan asetaldehid dan tahap selanjutnya menjadi asam cuka atau asam asetat (Mappiratu dkk, 2013).
Menurut Salle (1974), reaksi yang terjadi adalah reaksi aerob dengan reaksi sebagai berikut :
CH3CH2OH + O2                      CH3CHO + H2O
            Etanol                                      asetaldehid

CH3CHO + O2                            CH3COOH
Asetaldehid                                asam asetat


 III.            Alat dan Bahan
3.1  Alat
1.      Neraca analitik
2.      Gelas ukur 100 mL
3.      Gelas ukur 250 mL
4.      Gelas ukur 500 mL
5.      Erlenmeyer 1 liter
6.      Batang pengaduk
7.      Selang plastik
8.      Gelas kimia 500 mL
9.      Erlenmeyer 50 mL
10.  Kain saring
11.  Alkoholmeter
12.  Ember
13.  Botol semprot
14.  Penangas air
15.  Pipet tetes
16.  Buret 50 mL
17.  Statif dan klem
3.2  Bahan
1.      Gula putih
2.      Air kelapa
3.      Ragi roti
4.      Aluminium foil
5.      Kapas
6.      Akuades
7.      Es batu
8.      NaOH 1 M
9.      Indikator pp
10.  Ragi tape


 IV.            Prosedur Kerja
4.1  Substrat Gula dalam Air Kelapa.
1.      Mengambil gula putih sebanyak 75 gram, kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 1 liter, dan menambahkan air kelapa sebanyak 500 mL dan mengaduk-aduknya hingga gula larut.
2.      Menutup dengan kapas campuran yang ada didalam erlenmeyer yang disambung dengan pipa (seperti pada gambar 1), kemudian memanaskannya hingga mendidih.


 
selang






 
kapas


 
                                              Larutan gula dalam air kelapa
          Gambar 1. Larutan gula dalam air kelapa dalam erlenmeyer
yang akan dipanaskan sampai mendidih.
3.      Membuat suspensi ragi roti dengan cara melarutkan 5 gram ragi roti dengan 30 mL air.
4.      Memasukkan suspensi ragi roti ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat yang telah dingin, kemudian menutupnya dan menyambungnya dengan erlenmeyer lain seperti terlihat pada gambar 2.


 





                                                                                                         

                                                                      Air keran                     Gambar 2. Rangkaian alat pada proses inkubasi.        
5.      Membiarkan (inkubasi) pada suhu ruang selama 72 jam.
6.      Menambahkan ragi tape sebanyak 0,1% ke dalam erlenmeyer yang telah difermentasi menjadi alkohol.
7.      Menutup kembali erlenmyer dengan kapas dan membiaran selama 4 hari.
8.      Memisahkan massa sel dengan cara penyaringan, kemudian mengukur volume cairan (asam cuka) yang dihasilkan dan enentukan rendemennya, selanjutnya menentukan kadar filtrat menggunakan metode titrasi.
9.      Menentukan rendemen asam cuka yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Rendemen asam cuka  (%)=



    V.            Hasil Pengamatan dan Analisa Data
5.1  Hasil pengamatan
Bahan
NaOH 0,1 N (mL)
Volume Alkohol (mL)
Gula dalam air kelapa
5,5
505

5.2  Analisa data
a.       Rendemen alcohol
Rendemen asamcuka(%)=
                             =
                             = 101 %

b.      Rendemen asam cuka
𝛒        =
m       = 𝛒 x v
          = 0,95 gr/mL x 10 mL
          = 9,5 gram
Kadar asam cuka(%)=
                                         =
                                         = 3,47 %


 VI.            Pembahasan
Fermentasi adalah perubahan  struktur kimia dari bahan-bahan organik  dengan memanfaatkan agen-agen biologis  terutama enzim sebagai biokatalis.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara membuat asam cuka secara fermentasi dengan menggunakan substrat gula dalam air kelapa dengan menggunakan inokulum ragi roti dan ragi tape. Fermentasi asam cuka atau asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut produk fermentasi alkohol. Pada fermentasi alkohol digunakan ragi, sedangkan fermentasi lanjut alkohol digunakan bakteri aceto bacter.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama, gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristalsukrosa padat dan gula sebagai sukrosa diperoleh dari niratebu, bit gula, atau aren.
Air kelapa adalah cairan bening dalam kelapa muda (dari buah kelapa ), ia memiliki konten kalium yang tinggi, mengandung antioksidan, mengandung sitokinin, bahan biologis aktif yaitu L-arginine, asam askorbat, magnesium dll.
Ragi adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan ragi merupakan anggota Divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Ragi roti mengandung mikroorganisme yaitu Saccharomyces cereviseae.
Proses fermentasi alkohol diawali penyiapan medium yang terdiri dari dua macam larutan. Larutan pertama yaitu brisi garam-garam nutrisi untuk pertumbuhan ragi  yaitu air kelapa. Air kelapa ini fungsinya sebagai sumber makronutrien atau mikronutrien karena mengandung banyakmineral. Nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ragi di dalam medium yaitu unsur N, S, O, Mg, K, Ca. larutan kedua adalah substrat yang umumnya berupa gula. Gula adalah substrat utama karena glukosa yang akan dirombak oleh Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol.  Gula berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi. Prosesnya yaitu dengan mencampurkan gula dan air kelapa didalam erlenmeyer 1 liter dan kemudian diaduk. Tujuan mengaduk adalah untuk melarutkan gula. Gula dibuat menjadi larut agar lebih mudah ketika diubah menjadi alkohol oleh inokulum ragi roti.
Tahap selanjutnya yaitu mensterilkan larutan. Tujuannya adalah untuk membebaskan alat dan bahan dari kontaminasi mikrooganisme lain. Hal ini sangat diperlukan untuk dilakukan karena memberkan dampak yang merugikan yaitu akan mengurangi jumlah produk akibat persaingan penggunaan substrat, kontaminan menghambat proses metabolisme sel dan kontaminan meningkatkan turbiditas segingga terjadi kekacauan ketika dilakukan pengukuran terhadap jumlah sel. Caranya yaitu dengan menutup mulut erlenmeyer dengan kapas yang tujuannya adalah mengalirkan udara panas dari dalam erlenmeyer sehingga tidak terjadi tekanan yang tinggi di dalam erlenmeyer ketika sterilisasi dilakukan dan meminimalkan hilangnya uap air ketika sterilisasi dilakukan. Kemudian memanaskannya hingga mendidih. Dipanaskan hingga mendidih agar protein sel kontaminan mengalami denaturasi sehingga tidak mengganggu proses fermentasi alkohol.
Langkah selanjutnya adalah penyiapan inokulum ragi roti, dengan cara melarutkan ragi roti dengan air dengan. Pelarutan dalam air bertujuan untuk mengadaptasikan sel terhadap media fermentasi, sehingga akan diperoleh pertumbuhan sel ragi yang maksimum (fasa eksponensial) dalam waktu singkat yang mana fasa adaptasi telah terlewati. Digunakana ragi roti karena mengandung Saccharomyces cereviseae. Saccharomyces cereviseae digunakan karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar gula dan alkohol yang tinggi dan tetap melakukan aktivitas pada suhu 4-32 oC. Kemudian dilakukan pengocokan yang tujuannya adalah untuk mempermudah difusi oksigen dalam medium sehingga kontak antara oksigen dengan inokulum semakin banyak dan lebih cepat homogen.
Kemudian langkah selanjutnya adalah melaksanakan fermentasi. Dengan cara memasukkan suspensi ragi roti ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat yang telah dingin, kemudian menutupnya dan menyambungnya dengan erlenmeyer lain yang berisi kapur tohor (CaO). Substrat yang digunakan harus dingin hal ini karena ditakutkan sel ragi roti akan terdenaturasi akibat substrat yang masih panas. Karena terdenaturasinya sel ragi akan menyebabkan gagalnya proses fermentasi alkohol. Sel ragi roti adalah fermentor dalam proses fermentasi. Kemudian menginkubasinya pada suhu ruang selama 72 jam. Digunakan suhu ruang untuk mencegah denaturasi pada sel ragi (inokulumnya). Dan didiamkan selama 72 jam adalah merupakan waktu optimum dengan kadar alkohol yang maksimum. Menurut Estie dkk (2010), kadar alkohol yang paling tinggi diperoleh pada penyimpanan (inkubasi) selama 72 jam.
Terbentuk gas pada erlenmeyer yang menandakan telah terdapat alkohol didalamnya. Dan terdapat endapan pada air keran yang menyatakan bahwa telah terdapat CO2 yang dihasilkan dari proses fermentasi alkohol. Warna larutan berubah karena adanya karbon dioksida yang larut dalam air.
Tahap selanjutnya adalah tahap lanjutan fermentasi alkohol agar dihasilkan asam cuka dengan cara menambahkan ragi tape sebanyak 0,1% ke dalam erlenmeyer yang telah difermentasi menjadi alkohol. Ragi tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakterinya adalah Acetobacter. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansnula dapat menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang diubah berbeda-beda. Ragi tape merupakan pemeran utama dalam fermentasi ini, karena ragi tape yang terdapat acetobacter didalamnya akan menghasilkan enzim. Enzim inilah yang akan memecah alkohol menjadi asam cuka.
Telah diketahui bahwa kadar alkohol cukup tinggi setelah dilakukan fermentasi dengan ragi roti. setelah diukur dengan alkoholmeter/ hidrometer diketahui kadarnya sebesar 6%, sehingga proses fermentsi lanjutan yaitu fermentsi asam cuka dapat dilakukan.Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan relatif) dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri untuk membuatnya mengapung. Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah yang tinggi, seringkali sebuah silinder lurus dan hidrometer dengan perlahan diturunkan ke dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana permukaan cairan menyentuh hidrometer yang dicatat.
Kemudian menginkubasi selama 4 hari. Proses ini membutuhkan oksigen atau secara aerob. Tetapi dilapangan dilakukan secara anaerob, karena mulut erlenmeyer ditutup kembali dengan kapas yang seharusnya hanya ditutup dengan kain saring. Tujuan menginkubasi 4 hari adalah agar diperoleh rendemen asam cuka yang tinggi dan pada saat ini pula aceto bacter akan berkembang dan mengubah alkohol menjadi asam asetat. Inkubasi tidak boleh terlalu lama karena asam asetat akan teroksidasi menjadi karbondioksida dan air sedangkan kalau terlalu pendek waktu inkubasi maka asam cuka yang dihasilkan hanya sedikit.
Kemudian memisahkan massa sel dengan cara penyaringan, untuk memisahkan endapan dari filtratnya. Kemudian mengukur volume cairan (asam cuka) yang dihasilkan dan diperoleh volume cairan sebanyak 505 mL. Setelah dihitung  rendemennya diperoleh rendemen sebesar 101%.
Menentukan kadar asam cuka yaitu dengan menggunakan metode titrasi. Titrasi ini dilakukan dengan mengambil filtrat asam cuka sebanyak menambahkan 3 tetes indikator pp dan menitrasinya dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N. Titrasi  ini biasa disebut titrasi alkalimetri. Titrasi alkalimetri biasa digunakan untuk titrasi asam basa, dimana larutan standar (suatu basa) yang diteteskan melalui buret kedalam larutan asam dengan menggunakan suatu indikator. Apabila telah terjadi perubahan warna yaitu merah muda maka larutan telah mencapai keseimbangan atau netral. Jumlah mL NaOH yang digunakan adalah 5,5 mL. Setelah itu dihitung kadarasamcukayaitusebesar 3,47 %.






VII.            Penutup
7.1  Kesimpulan
Dari percobaan yang  dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Fermentasi asam cuka atau asam asetat pada dasarnya merupakan fermentasi lanjut produk fermentasi alkohol. Pada fermentasi alkohol digunakan ragi, sedangkan fermentasi lanjut alkohol digunakan bakteri aceto bacter.
2.      Komponen utama medium fermentasi asam cuka terdiri dari air kelapa sebagai mikronutrien dan makronutrien dan gula sebagai substrat utama yang akan terlebih dahulu menjadi alkohol kemudian diubah menjadi asam cuka.
3.      Tahap-tahap fermentasi yaitu:
a.       Tahap penyiapan medium.
b.      Tahap sterilisasi medium.
c.       Tahap penyiapan inokulum ragi roti.
d.      Tahap melaksanakan fermentasi.
e.       Tahap lanjutan fermentasi alkohol.
4.      Volume filtrat yang diperoleh sebanyak 505 mL dengan  rendemen diperoleh sebesar 101%. Dan kadar asam cuka yaitu sebesar 3,47%.

7.2  Saran
Diharapkan agar dalam proses penyimpananselama 4 haridisimpan di Loyang danditutupikainsaringkarenadalam proses fermentasiasamcukadiperlukanoksigen.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Teknik Fermentasi. (http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2012/05/fer-teknik-fermentasi.pdf) Diakses pada tanggal 13 Mei 2013.
Anonim. 2013. Fermentasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi?g_q= fermentas%20adalah) Diakses pada tanggal 13 Mei 2013.
Mappiratu, dan Bakhri, S. 2013. Penuntuk Praktikum Bioteknologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Tadulako. Palu.
Salle, A. J. Fundamental Pronciples of Bacteriology. Tata Mc Graw Hill. New Delhi.
Yuarini, D.A.A. 2007. Proses Produksi Dan Karakteristik Arak di Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Bali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar