I.
Tujuan
Percobaan
Mempelajari
cara pembuatan inokulum oncom merah.
II.
Tinjauan
Pustaka
Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus (dan ditanak). Proses perebusan beras dikenal juga
sebagai 'tim'. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan
membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi
dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur (Anonim, 2013).
Warna nasi yang telah masak (tanak)
berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna
nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau
beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya.
Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung
lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit
amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang (japonica)
untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15%
sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika,
yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa
lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan
mudah terpisah-pisah) (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), gambar nasi adalah
sebagai berikut ini:

Saat ini dikenal dua jenis oncom, yaitu oncom merah
dan oncom hitam. Perbedaan kedua jenis oncom tersebut terletak pada jenis
kapang serta jenis bahan baku yang digunakan. Oncom merah dihasilkan oleh
kapang Neurospora sitophila yang mempunyai strain jingga, merah, merah
muda, dan warna peach (Siswono 2002), dan biasanya menggunakan bahan baku ampas
tahu. Sedangkan oncom hitam dihasilkan oleh kapang Rhizopus oligosporus
dengan bahan baku bungkil kacang tanah atau kulit kacang kedelai yang dicampur
dengan onggok (ampas tepung tapioka). Perbedaan warna pada oncom ditentukan
oleh warna pigmen yang dihasilkan oleh kapang yang digunakan dalam proses
fermentasi. Warna yang terbentuk pada oncom adalah warna dari spora kapang
oncom (Winarno, 1984).
Makanan produk fermentasi merupakan makanan yang
memiliki karakteristik bahan yang berbeda dengan bahan dasar aslinya, proses
perubahan karakteristik ini sebagai akibat aktivitas mikroorganisme seperti
kapang, khamir ataupun bakteri untuk jangka waktu tertentu (Suliantri dkk, 1990;
Anke 1997).
Produk fermentasi menghasilkan enzim amilase,
protease, lipase untuk menghidrolisis polisakarida, protein dan lemak, aroma
dan tekstur yang menarik dan disukai oleh konsumen (Steinkraus, 1997).
Makanan yang diolah melalui produk fermentasi akan
memberikan beberapa keuntungan antara lain lebih tahan lama, menghilangkan bau
yang tidak diinginkan, meningkatkan cita rasa, aroma, warna, tekstur dan
kandungan gizi (Suliantari dkk, 1990; Steinkraus 1997).
Selama proses fermentasi berlangsung, bahan baku oncom
mengalami perubahan sifat fisik dan kimia, seperti rasa, aroma, warna, tekstur,
kandungan zat gizi dan sifat organoleptiknya lebih disukai dibandingkan sebelum
difermentasikan (Raharjo et al. 2000; Sofyan 2002).
Proses fermentasi dapat menghilangkan zat anti nutrisi
dan racun yang biasanya terdapat pada bahan mentah, misalnya kedelai atau
kacang-kacangan yang lainnya (Suliantari, 1990). Aspergilus flavus adalah salah
satu jenis kapang yang menghasilkan mikotoksin yang disebut aflatoksin. Kontaminasi
aflatoksin pada kacang tanah dalam bentuk polong segar, polong kering, biji
serta produk olahan sederhana seperti kacang rebus, bungkil dan oncom (Kasno,
2004).
Kapang oncom merah (Neurospora sitophila) dapat
mereduksi (mengurangi) kandungan aflatoksin selama proses fermentasi bungkil
kacang tanah sebesar 50% , sedangkan penggunaan kapang Rhizopus oligosporus
dapat mengurangi aflatoksin bungkil sebesar 60%, sedangkan oncom yang terbuat
dari ampas tahu tidak mengandung aflatoksin. Selain itu dengan adanya aktivitas
mikroorganisme selama proses fermentasi, maka sifat-sifat bahan mentah yang
tidak disukai seperti bau, rasa dan lain sebagainya dapat ditingkatkan nilainya
(Veen et al. 1968; Slamet dkk, 1971).
Inokulum oncom merah memegang peranan
penting dalam proses fermentasi oncom dan fermentasi lainnya yang memerlukan
aktivitas kapang oncom merah. Inokulum oncom merah telah dapat dibuat dalam
bentuk suspensi maupaun dalam bentuk bubuk. Untuk keperluan fermentasi padat,
inokulum yang baik digunakan adalah inokulum bentuk bubuk (Mappiratu dkk,
2013).
Inokulum dapat dibuat dengan menggunakan
berbagai substrat antara lain beras. Kedelai dan onggok yang dimasak dan
diinokulasi dengan spora kapang dari biakan murni atai dari oncom yang telah
dikeringkan. Pada percobaan ini akan dilakukan produksi inokulum bentuk bubuk
menggunakan nasi yang diionokulasi dengan spora kapang oncom merah yang dihasilkan
menggunakan tongkol jagung (Mappiratu dkk, 2013).
III.
Alat
dan Bahan
3.1 Alat
1. Neraca
analitik
2. Baki
(tempat pembuatan inokulum)
3. Blender
3.2 Bahan
1. Spora
kapang oncom merah
2. Nasi
IV.
Prosedur
Kerja
1. Menyiapkan
nasi sebanyak 100 gram, kemudian memasukkan ke dalam baki dan membuatnya
menjadi rata.
2. Menginokulasikan
dengan spora kapang oncom merah.
3. Menginkubasi
pada suhu ruang hingga nasi berwarna merah (memerlukan waktu antara 3 dan lima
hari). Kemudian mengaduk-aduk dengan sinar matahari.
4. Memblender
inokulum kapang oncom merah yang kering untuk mendapatkan inokulum bentuk
bubuk.
5. Menimbang
bubuk yang dihasilkan. Menentukan rendemennya menggunakan persamaan berikut dan
menyimpannya dalam botol plastik.
Rendemen inokulum (%)=

V.
Hasil
Pengamatan dan Analisa Data
5.1 Hasil
pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
Nasi diinokulasi
dengan spora kapang oncom merah
|
Berat inokulum kapang
oncom merah sebanyak 98,85 gram
|
5.2 Analisa
data
Rendemen inokulum (%)=

=
x 100%

=
98,85 %
VI.
Pembahasan
Inokulum
oncom merah memegang peranan penting dalam proses fermentasi oncom dan
fermentasi lainnya yang memerlukan aktivitas kapang oncom merah. Inokulum oncom
merah telah dapat dibuat dalam bentuk suspensi maupaun dalam bentuk bubuk.
Untuk keperluan fermentasi padat, inokulum yang baik digunakan adalah inokulum
bentuk bubuk.
Tujuan
percobaan ini adalh membuat inokulum oncom merah dengan menggunakan bahan dasar
nasi dan spora kapang oncom merah. Digunakan nasi karena nasi putih banyak mengandung kandungan
karbohidrat & air. Didalam nasi terdapat pati (karbohidrat) yang merupakan
substrat yang baik untuk pembuatan inokulum kapang oncom merah. Spora oncom
merah merupakan kapang yang dapat tumbuh yang merupakan pemeran utama dalam
proses pembuatan inokulum ini. inokulum ini yang nantinya akan digunakan dalam
proses fermentasi.
Tahap pertama
melakukan pembuatan inokulum yaitu proses penyiapan medium fermentasi yaitu
nasi. Nasi diambil sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan didalam baki dan
membuatnya menjadi rata. Tujuan dibuat
menjadi rata adalah agar kapang dapat tumbuh dihampir seluruh bagian medium
sehingga volume inokulum yang diperoleh akan lebih banyak.
Tahap kedua yaitu
proses inokulasi. Proses inokulasi ini dilakukan dengan cara menaburkan spora
kapang oncom merah diatas nasi tadi yang telah diratakan sebelumnya. Menamburkannya
secara rata agar kapang bisa tumbuh disemua bagian medium tersebut.
Tahap ketiga yaitu
menginkubasi nasi dengan cara memasukkannya kedalam rak fermentsi pada suhu
ruang selama 3-5 hari dan mengaduknya dan kemudian menjemurnya di matahari.
Pendiaman selama lima hari bertujuan untuk memberikan waktu kepada kapang untuk
tumbuh dan berkembang sehingga akan diperoleh kapang yang banyak dengan
remdemen yang tinggi. Tujuan menjemurnya yaitu agar kapang tersebut dapat
digunakan dan awet.
Langkah selanjutnya adalah
memblender hasil fermentasi hingga halus. Kemudian ditimbang dan diperoleh
berat inokulum kapang oncom merah yaitu sebanyak 98,85 gram. Kemudian
dihitunglah rendemen inokulum kapang oncom merah dan diperoleh sekitar 98,85 %.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Inokulum
apang oncom merah dapat diperoleh dengan melakukan fermentasi dengan bahan
dasar yaitu nasi dan spora kapang oncom merah.
2. Nasi
berfungsi sebagai medium sedangkan kapang berfungsi sebagai penghasil inokulum.
3. Proses
fermentasi ada 3 tahap yaitu :
·
Tahap penyiapan medium
·
Tahap inokulasi
·
Tahap inkubasi
4. Berat
inokulum yang diperoleh adalah 98,85
gram
dengan rendemen sebebsar 98,85
%
7.2 Saran
Diharapkan agar dalam proses penyimpanan
dijemur dimatahari dalam waktu yang cukup lama agar kapang yang diperoleh lebih
bagus kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anke
T. 1997. Fungal Biotechnology.
Chapman and Hall. London.
Kasno
A. 2004. Pencegahan infeksi Aspergillus
flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah. J. Litbang Pertanian.
Malang.
Mappiratu,
dan Bakhri, S. 2013. Penuntuk Praktikum
Bioteknologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Tadulako. Palu.
Raharjo
H, Harjanto S, Hermawan N, Trisnayani E, Bahara R. 2000. Pengembangan oncom merah bermedia ampas tahu untuk pembuatan selai
tiruan karya gizi dengan teknik emulsifikasi in situ [Proposal lomba karya inovatif
produktif bidang pertanian]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Siswono.
2002. Oncom menutup kekurangan energi dan
protein. Gizi net.com
Sofyan
IHM. 2003. Pengaruh Suhu Inkubasi dan
Konsentrasi Inokulum Rhizopus oligosporus Terhadap Mutu Oncom Bungkil Kacang
Tanah. J. Infomatek.
Steinkraus.
1997. Fermentations in World Food
Processing. Comprehensive Reviews In Food Science and Food Safety. New
York.
Suliantari,
Rahayu WP. 1990. Teknologi Fermentasi
Biji-bijian dan Umbi-umbian [Bahan Pengajaran]. Kerjasama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Veen
VAG, Graham DCW, Steinkraus. 1968. Fermented
peanut press cake. J. Cereal Sci. Today.
Winarno
FG. 1984. Bahan pangan terfermentasi .
Kumpulan Pikiran dan Gagasan Tertulis 1980-1981. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar