PENENTUAN
KADAR BESI SECARA SPEKTROVOTOMETRI SINAR TAMPAK
I.
Tujuan
Menentukan kadar
besi secara spektrofotometri sinar tampak.
II.
Tinjauan
Pustaka
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat,
dan dapat dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan
elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada
semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan, jarang
ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air, kadar tanah Fe
dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat
menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya koloidal yang
terbentuk (Anonim, 2012).
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g.
Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur
tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur
besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk mengganti
zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun masukan zat
besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu kebutuhan
fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang disantap
(Trianjaya, Z., 2009).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan
untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi (Hardjadi, 1990).
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol (Anonim, 2012).
Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi
terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak
mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi (Anonim, 2012).
Menurut Anonim (2012), Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan
cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari
spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua
warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut.
Panjang
gelombang (nm)
|
Warna
warna yang diserap
|
Warna
komplementer (warna yang terlihat)
|
400 – 435
|
Ungu
|
Hijau kekuningan
|
435 – 480
|
Biru
|
Kuning
|
480 – 490
|
Biru kehijauan
|
Jingga
|
490 – 500
|
Hijau kebiruan
|
Merah
|
500 – 560
|
Hijau
|
Ungu kemerahan
|
560 – 580
|
Hijau kekuningan
|
Ungu
|
580 – 595
|
Kuning
|
Biru
|
595 – 610
|
Jingga
|
Biru kehijauan
|
610 – 800
|
Merah
|
Hijau kebiruan
|
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan
lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur
kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi
tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram
digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang
memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 °C (Anonim, 2012).
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang
gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks.
Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama,
maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil
(Anonim, 2012).
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi,
karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu
tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin
tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang
dihasilkan makin rendah (Anonim, 2012).
Pembentukan bentuk molekul yang dapat menyerap sinar
tampak diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan dsinar
tampak. Dalam hal demikian, senyawa
demikian, senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa lain yang
berwarna. Ion besi (III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya
kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi tertentu, misalnya 1,10-fenantrolin
atau kalium tiosianat, sehingga memberikan watna yang menyerap dengan kuat
sehingga dapat digunakan untuk analisis besi dalam keadaan kecil (Sikanna, R.,
2012).
Menurut Anonim (2012), fungsi masing-masing bagian:
1. Sumber
sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer:
·
UV menggunakan lampu deuterium atau
disebut juga heavi hidrogen
·
VIS menggunakan lampu tungsten yang
sering disebut lampu wolfram
·
UV-VIS menggunan photodiode yang telah
dilengkapi monokromator.
·
Infra merah, lampu pada panjang
gelombang IR.
2. Monokromator
berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang
berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma
dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel
3. Sel
sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor
berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi
arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
· Kepekaan
yang tinggi.
· Perbandingan
isyarat atau signal dengan bising tinggi.
· Respon
konstan pada berbagai panjang gelombang.
· Waktu
respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
· Signal
listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam
detektor:
· Detektor
foto (Photo detector)
· Photocell,
misalnya CdS.
· Phototube
· Hantaran
foto
· Dioda
foto
· Detektor
panas
5. Read
out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor. Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri. Ketika
cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai
suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan
diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron
valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi.
Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi),
berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi. Jika zat
menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut
transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka
elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat
hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada
energi yang lebih rendah lagi misalnya
pada gelombang radio. Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk
mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang
ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
III.
Alat dan Bahan
3.1
Alat
1. Labu
ukur 25 ml
2. Gelas
ukur 10 ml
3. Pipet
tetes
4. Kuvet
5. Spektronik
20
6. Rak
tabung
7. Botol
semprot
3.2 Bahan
1. Larutan
standar besi 100 ppm
2. Larutan
HCl 4 N
3. Aquades
4. Larutan
tiosianat 2 M
5. Tissue
6. Sampel
darah
IV.
Prosedur Kerja
a) Penentuan
panjang gelombang maksimum.
1. Memasukkan
0,15 ml larutan standar besi dalam labu ukur 25 mL dan menambahkan 2,5 mL
larutan Tiosianat
2. Mengukur
serapan ari larutan tersebut pada panjang gelombang antaa 420 – 520 nm, tiap
kenaikan 20 nm.
3. Membuat
kurva serapan Vs panjang gelombang. Dan menentukan panjang gelombang maksimum.
b) Penentuan
kurva kalibrasi.
1. Dalam 5 labu ukur 25 mL dan masing-masing
memasukkan larutan dtandar besi sebanyak 0 mL, 0,05 mL, 0,1 mL, 0,15 ml dan 0,2
mL.
2. Menambahkan
pada masing-masing labu ukur 2,5 mL
larutan tiosianat dan 1,5 mL HCl 4 N. Menambahkan aquadest sampai tanda batas.
3. Mengukur
serapan dari semua larutan pada panjang gelombang maksimum.
4. Membuat
kurva kalibrasinya.
c) Penentuan
kadar besi dalam larutan.
1. Mengambil
1 mL larutan cuplikan dan memasukkan ke dalam labu ukur 25 mL.
2. Menambahkan
2,5 mL larutan tiosianat dan 1,5 ml HCL 4 N. Menambahkan aquadest hingga tanda
batas.
3. Mengukur
serapan pada panjang gelombang maksimum dan mengalurkan serapan tersebut pada
kurva kalibrasi.
4. Menentukan
kadar besi dari cuplikan.
V. Hasil Pengamatan
a. Penentuan Panjang Gelombang
Panjang
gelombang (λ) nm
|
Absorbansi
(A)
|
400
|
0,094
|
420 (λ
maks)
|
0,099
|
440
|
0,077
|
460
|
0,063
|
480
|
0,074
|
500
|
0,045
|
b. Penentuan Kurva Kalibrasi
Fe
(ml)
|
Absorbansi
(A)
|
0
|
0,260
|
0,05
|
0,523
|
0,1
|
0,416
|
0,15
|
0,346
|
0,2
|
0,395
|
c. Penentuan Kadar Besi Dalam Darah
Fe
dalam darah
|
Absorbansi
(A)
|
λ
420 nm
|
1,432
|
VI.
Analisa Data
5.1 Penentuan
kadar besi dalam larutan. x 10-2
M1
x V1 = M2 x V2
·
Fe
0 mL
M2 = 

=


= 0 ppm
·
Fe
0,05 mL
M2 = 

= 

= 0,2 ppm
·
Fe
0,1 mL
M2 = 

=


= 0,4 ppm
·
Fe
0,15 mL
M2 = 

=


= 0,6 ppm
·
Fe
0,2 mL
M2 = 

=


= 0,8 ppm
5.2 Grafik
penentuan panjang gelombang maksimum

5.3 Grafik
penentuan kurva kalibrasi

Perhitungan regresi
X (ppm)
|
Y
|
x.y
|
x2
|
0
|
0,260
|
0
|
0
|
0,2
|
0,523
|
0,1046
|
0,04
|
0,4
|
0,416
|
0,1664
|
0,16
|
0,6
|
0,346
|
0,2076
|
0,36
|
0,8
|
0,395
|
0,3160
|
0,64
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |


b = 

= 

= 

= 

= 0,024
y = ȳ + b ( x – x)
y1 = 0,388 + 0,024 ( 0- 0,4 ) = 0,3784
y2 = 0,388 + 0,024 ( 0,2 - 0,4) =
0,3832
y3 = 0,388 + 0,024 ( 0,4 - 0,4) =
0,388
y4 = 0,388 + 0,024 ( 0,6 - 0,4) =
0,3928
y5 = 0,388 + 0,024 ( 0,8 - 0,4) =
0,3976
·
Grafik sebelum regresi

·
Grafik setelah regresi

Penentuan nilai K :
Tg
α = 

=

= 

= 0,024
K =
2,303 x Tg α
= 2,303 x 0,024
= 0,05527
Mengalurkan
serapan cuplikan pada kurva kalibrasi :

Menghitung
konsentrasi :
A =
k x C
C =


= 

= 25,9091
VII.
Pembahasan
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan
dapat dibentuk, biasanya di alam didapat sebagai hematit. Besi merupakan elemen kimiawi
yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada semua bagian
lapisan geologis dan semua badan air. Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya
unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur
tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur
besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah. Dalam percobaan analisis instrument
kali ini hendak menenetapkan kadar besi (Fe) dalam darah manusia secara
spektrofotometer sinar tampak. Menggunakan alat spektronik 20.
Spektrofotometri
visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak
adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm. Salah satu
contoh spektrofotometer sinar tampak yaitu spektronik 20.
Perlakuan
pertama adalah menentukan panjang gelombang maksimum. Sebanyak 0,15 ml lartutan
standar besi 100 ppm ditambahkan dengan 2,5 ml larutan tiosianat dalam labu
ukur 25 ml. Kemudian mengukur serapan dari larutan tersebut pada
panjang gelombang antara 400 – 500 nm, pada tiap kenaikan 20 nm. Selanjutnya
membuat kurva serapan Vs panjang gelombang. Kemudian menentukan panjang
gelombang maksimum. Dari hasil pengamatan didapatkan panjang gelombang maksimum
pada 420 nm dengan nilai serapan sebesar 0,099.
Perlakuan kedua adalah penentuan kurva kalibrasi.
Dengan cara memasukkan dalam 5 labu 25 ml dengan larutan standar besi 100 ppm
masing-masing 0 ml, 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml dan 0,2 ml. kemudian menambahkan
pada masing-masing labu ukur larutan tiosianat 2,5 ml dan 1,5 ml larutan HCl 4
N sambil menambahkan aquades sampai tanda batas. Selanjutnya mengukur serapan
masing-masing larutan menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang maksimum
yakni 420 nm. Kemudian membuat kurva kalibrasinya. Metode yang digunakan adalah
metode tiosianat. Dimana Besi
bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna
dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk
dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Dari
hasil penukuran didapatkan bahwa nilai serapan tidak berbanding lurus dengan
jumlah Fe (besi) dalam larutan. Hal ini tidak sesuai literature. Dimana menurut
Kartasasmita (2008), semakin banyak jumlah Fe (besi) dalam larutan, maka nilai
serapan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyak elektron
valensi yang menyerap cahaya sehingga meningkatkan nilai absorbansinya. Karena
reaksi antara Fe(besi) dengan larutan tiosianat akan membentuk kompleks
berwana.
Perlakuan ketiga adalah penentuan kadar besi dalam
larutan. Dengan cara mengambil sampel darah manusia sebanyak 0,125 ml atau
sebanyak 3 tetes. Kemudian memasukkan sampel darah kedalam labu ukur 25 ml dan
menambahkan dengan 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml larutan HCl 4 N sambil
menambahkan aquades sampai tanda batas. Karena
warna besi relatif lemah yaitu warna kuning maka dicampurkan dengan larutan
tiosianat yang mempunyai warna yang kuat yaitu merah. Dan dapat mempertahakan
warnanya relatif lama. Proses ini disebut juga pembentukan kompleks. Penambahan HCl adalah untuk mempermudah
proses pemebntukan kompleks tiosinat dan besi. Dengan reaksi sebagai berikut :

penggunaan
aquadest dikarenakan aquadest merupakan pelarut yang tidak akan ikut berekasi
dengan sampel dan merupakan penyerap cahaya yang baik. Proses selanjutnya
mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum yakni 420 nm. Hasil yang
diperoleh nilai serapan adalah 1,432. Pertama-tama harus diketahui terlebih
dahulu konsentrasi Fe setelah dilakukan pengenceran kemudian dilakukan
perhitungan regresi. Setelah didapatkan kurva regeresi kemudian dapat dihitung
nilai K. Dengan diperolehnya nilai k maka dapat menghitung konsentrasi dengan
rumus:
A =
k x C
Dengan menggunakan rumus tersebut
dapat dihitung konsentrasi besi dalam cuplikan yaitu sebesar 0,05527.
VIII.
Penutup
8.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulakan bahwa :
1. Menetapkan
kadar Fe dalam darah dapat menggunakan spektrofotometri visibel yaitu
spektronik 20.
2. Spektrofotometri
visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak
adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm.
3. Panjang
gelombang maksimum yaitu pada 420 nm dengan serapan 0,099.
4. Semakin
tinggi konsentrasi Fe (besi) maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya, dimana
nilai konsentrasi dan nilai absorbansi berbanding lurus.
5. Kadar
besi dari cuplikan (darah) adalah 0,05527.
8.2 Saran
Diharapkan pecobaan yang dilakukan sesuai dengan
yang ada pada penuntun praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012. Laporan Kimia Analitik Spektrofotometri. (http://itatrie.blogspot.com)
diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Anonim.
2012. Spektrofotometri Sinar Tampak.(http://wanibesak.wordpress.com) diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Anonim. 2012. Laporan Spektrofotometr. (http://punyaastrid.blogspot.com) diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Hardjadi, W. 1990.
Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.
Gramedia. Jakarta.
Trianjaya,
Z. 2009. Penentuan Kadar Besi pada Soft
Water secara Spektrofotometri di PT. Cocacola Bottling di Indonesia. Karya
Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sikanna,
R. 2012. Penuntun Praktikum Analisis
Instrumen. Jurusan kimia FMIPA UNTAD. Palu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar