Selasa, 04 Maret 2014

Penetapan besi secara spektrofotometri sinar tampak dengan metode penambahan standar.



I.              Tujuan Percobaan
Penetapan besi secara spektrofotometri sinar tampak dengan metode penambahan standar.
II.           Tinjauan Pustaka
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan tergantikan dengan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Meningkatnya kebutuhan air dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan juga sebagai akibat dari peningkatan kebutuhan air untuk rumah tangga, rekreasi, pertanian dan sebagainya (Rukaesih, A., 2004).
Menurut Anonim (2012), besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyaK digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
·         Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar.
·         Pengolahannya relatif mudah dan murah dan.
·         Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air, kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya koloidal yang terbentuk (Anonim, 2012).
Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan reaksi pengompleksan terlebih dahulu yang ditandai dengan pembentukan warna spesifik sesuai dengan reagen yang digunakan. Senyawa pengompleks yang dapat digunakan diantaranya molibdenum, selenit, difenilkarbazon, dan fenantrolin. Pada penelitian ini pengompleks yang digunakan adalah 1,10-fenantrolin. Besi(II) bereaksi membentuk kompleks merah jingga. Warna ini tahan lama dan stabil pada range pH 2-9. Metode tersebut sangat sensitif untuk penentuan besi (Vogel, 1985).            
Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum (Anonim, 2012).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.  Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Anonim, 2012).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, S. M., 2010).
Panjang gelombang cahaya ultraviolet dan tampak jauh lebih pendek daripada panjang gelombang inframerah. Satuan yang digunakan untuk memberikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-9 m). Spektrum tampak terentang dari 400 nm (ungu) ke 750 nm (merah), sedangkan ultraviolet berjangka dari 200-400 nm. Baik radiasi ultraviolet maupun tampak berenergi lebih tinggi daripada radiasi inframerah. Panjang gelombang cahaya ultraviolet atau tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang tak menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang tak menyerap pada panjang gelombang ultraviolet (Unang, S., 2010).
Penyerapan sinar UV-tampak oleh suatu molekul akan menyebabkan transisi di antara tingkat energi elektronik dari molekul. Atas dasar ini, spektroskopi UV-tampak juga dikenal sebagai spektroskopi (spektrometri) elektronik. Transisi ini dapat terjadi antarorbital ikatan (bonding) atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang sinar yang diserap sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital (∆E). Untuk eksitasi elektron ikatan σ perlu energi yang tinggi dengan nilai λ = 120 -200 nm (UV hampa). Hal ini berarti pengukuran harus dilakukan dalam hampa sehingga sukar dilakukan. Di atas λ = 200 nm, daerah eksitasi elektron dari orbital p, d, ᴨ terutama sistem n terkonjugasi, pengukuran mudah dilakukan sehingga spektrometri UV tampak diukur pada λ ˃ 200 nm  (Panji, T., 2012)
Penyerapan panjang gelombang nampak menyebabkan perpindahan elektron yang reversibel dan relatif rendah energinya dalam molekul. Pada umumnya zat berwarna mempunyai elektron-elektron yang mudah tereksitasi. Terutama senyawaan organik tertentu merupakan sumber warna yang berguna untuk zat warna. Molekul-molekul senyawaan-senyawaan organik yang tak mempunyai ikatan rangkap ataupun cincin benzena, tidak menyerap secara selektif dalam bagian nampak dari suatu spektrum, oleh karena itu senyawaan ini tak berwarna. Sebaliknya molekul dengan ikatan rangkap atau inti benzena dapat menyerap beberapa panjang gelombang nampak dan meneruskan cahaya berwarna. Elektron yang mudah dieksitasi oleh cahaya nampak biasanya terdapat dalam sebuah molekul yang beberapa atomnya dihubungkan oleh ikatan rangkap dan tunggal secara berselang-seling. Gugus atom semacam itu disebut kromofor (pengemban warna) (Keenan, K., 1990).
Warna khusus yang dimiliki suatu zat ditentukan tidak hanya oleh macamnya kromofor yang ada, tetapi juga oleh struktur molekul yang mengandung kromofor itu. Banyak zat warna yang berlainan dapat dibuat dengan memasukkan substituen, seperti –OH, -NH2, -NHCH3 dan –N(CH3)2 ke dalam molekul yang mengandung suatu gugus pembentuk warna tertentu. Gugus yang mengubah ataupun menyumbangkan sesuatu kepada warna suatu zat warna dirujuk sebagai auksokrom (penghasil warna pembantu). Umumnya auksokrom mempunyai fungsi tambahan untuk membuat zat warna itu tidak luntur pada pakaian atau benda lain dengan cara pembentukan garam (Anonim, 2012).
Menurut Anonim (2012), metode penambahan standar adalah suatu metode dimana pada jumlah sampel yang sama ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Penetapan dengan metode ini biasanya dilakukan pula pada spektrofotometri serapan atom, bila matriks cuplikan tidak sama dengan matriks larutan standar atau konsentrasi analit dalam sampel sangat rendah. Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri :


·         Metoda Standar  Tunggal
Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri. Dari hk. Beer diperoleh :
Astd = ε.b.Cstd    Asmp =ε.b.Csmp
           ε.b = Astd/ Cstd                     ε.b = Asmp/Csmp
sehingga, Astd/Cstd = Csmp /Csmp  →    Csmp = (Asmp/Astd) X Cstd
Berdasarkan persamaan di atas dengan mengukur Absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.
·         Metoda Adisi Standar
Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :
Ax = k.Cx     AT = k(Cs + Cx)
Dimana.,
 Cx   = konsentrasi zat sampel
 Cs  = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
  Ax  = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
  Ar  = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh:
                 Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
                 Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)}  ;   Cx = Cs x (Ax  /-Ax)
                 Cx = Cs x ( -1)  atau  Cx = - Cs
            Metoda prosedur analisa yang sering digunakan dalam analisa suatu unsur secara kuantitatif, terutama dalam pengukuran cara spektrofotometri, umumnya menggunakan teknik kurva kalibrasi. Suatu metoda lain yang juga sudah lama dikenal adalah metoda adisi standar yang terdiri dari adisi standar tunggal dan adisi standar berganda. Khusus untuk analisa boron dalam pengukuran cara spektrofotometri serapan atom dengan menggunakan metoda adisi standar sampai saat ini belum pernah diselidiki.








III.        Alat dan Bahan
3.1  Alat
1.      Spektrofotometer UV-Vis
2.      Gelas kimia 50 mL
3.      Botol semprot
4.      Pipet tetes
5.      Labu ukur 25 mL
6.      Gelas ukur 25 mL
7.      Kuvet
8.      Rak tabung
3.2  Bahan
1.      Sampel air yang mengandung besi
2.      HCl 4 N
3.      Larutan tiosianat 2 M
4.      Larutan standar besi 100 ppm
5.      Akuades
6.      Tissue



IV.        Prosedur Kerja
a.    Penentuan panjang gelombang maksimum
1.    Memasukkan 0,15 mL larutan standar besi dalam labu ukur 25 ml menambahkan dengan 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N.
2.    Mengukur serapan dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 400 – 520 nm.
3.    Membuat kurva serapan Vs panjang gelombang,dan menentukan panjang gelombang maksimum.
b.    Penentuan kadar besi dalam larutan
1.    Memasukkan masing-masing 1 mL larutan cuplikan kedalam 5 labu ukur 25 ml.
2.    Menambahkan larutan standar besi berturut-turut sebanyak 0 mL, 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL dan 2 mL.
3.    Menambahkan pada masing-masing labu ukur 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N.
4.    Menambahkan akuades hingga tanda batas.
5.    Mengukur serapan pada panjang gelombang.
6.    Membuat kurva/grafik dan menentukan kadar besi dalam cuplikan.













V.           Hasil Pengamatan dan Analisa Data
5.1 hasil pengamatan
a.         Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang Gelombang (nm)
Absorbansi (A)
400
0,185
420
0,265
440
0,312
460 λ maks
0,378
480
0,367
500
0,341

b.         Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Larutan
Larutan standar besi (ml)
Absorbansi (A) pada panjang gelombang maksimum (460 nm)
0
0,086
0,5
1,124
1
1,697
1,5
0.468
2
0,480



5.2  Analisa Data
a.       Grafik Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

b.      Konsentrasi Fe setelah pengenceran.
·         0 mL
M1V1 = M2V2
M2          =
       =
         = 0 ppm
·         0,5 mL
M2          =
            =
            = 2 ppm
·         1 mL
            M2          =
       =
         = 4 ppm
·         1,5 mL
M2          =
            =
            = 6 ppm
·         2 mL
M2          =
            =
            = 8 ppm

c.       Grafik konsentrasi Besi Dalam Larutan








d.      Perhitungan Regresi
x (ppm)
y (A)
xy
x2
0
0,086
0
0

2
1,124
2,248
4

4
1,697
4,697
16

6
0,468
2,808
36

8
0,480
3,84
64

Σx = 20
Σy = 3,855
Σxy = 13,593
Σx2 = 120


y  =   = 0,771
x  =  = 4
b   =
         =  
     =      
     =
     = -0,04567

y = y + b ( x – x)
  y1 = 0,771 + (-0,04567) (0 – 4) = 0,9536
y2 = 0,771 + (-0,04567) (2 – 4) = 0,8623
y3 = 0,771 + (-0,04567) (4 – 4) = 0,771
y4 = 0,771 + (-0,04567) (6 – 4) = 0,6796
y5 = 0,771 + (-0,04567) (8 – 4) = 0,5883

·           Grafik Sebelum Regresi






·           Grafik Setelah Regresi

e.       Kadar Besi dalam Air
%Fe =  x 100%
·         0 mL
%Fe     =  x 100%
                        = 0%
·         0,5 mL
%Fe     =  x 100%
                        = 2%
·         1 mL
%Fe     =  x 100%
                        = 4%
·         1,5 mL
%Fe     =  x 100%
                        = 6%
·         2 mL
%Fe     =  x 100%
                        = 8%
f.       Grafik kadar besi dalam air


VI.             Pembahasan
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan tergantikan dengan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni.
   Percobaan ini bertujuan untuk menetapan besi secara spektrofotometri sinar tampak dengan metode penambahan standar. Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Metode penambahan standar adalah suatu metode dimana pada jumlah sampel yang sama ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Percobaan ini menggunakan alat spektronik 20. Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm. Salah satu contoh spektrofotometer sinar tampak yaitu spektronik 20.
Perlakuan pertama adalah menentukan panjang gelombang maksimum dengan cara memasukkan 0,15 ml larutan standar besi 100 ppm dalam labu ukur 25 ml dan menambahkan 2,5 ml larutan tiosianat serta 1,5 ml HCl 4 N. Penambahan larutan tiosianat menyebabkan besi yang bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 400 nm-500 nm. Dari hasil pengukuran didapatkan panjang gelombang maksimum pada panjang gelombang 460 nm dengan nilai serapan 0,378. Selanjutnya membuat kurva serapan VS panjang gelombang.
Perlakuan selanjutnya adalah menentukan  kadar besi dalam larutan dengan cara memasukkan masing-masing 0,5 ml larutan cuplikan pada labu ukur 25 ml dan menambahkan larutan standar besi masing-masing 0 ml, 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, dan 2 ml. Penambahan larutan standar dapat mempermudah menentukan kadar besi dalam sampel. Selanjutnya menambahkan pula pada masing-masing labu ukur 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml larutan HCl 4 N. Fungsi penambahan tiosianat adalah untuk menghasilkan warna merah karena besi memiliki warana yang lemah yaitu kuning. Larutan tiosianat cenderung memiliki warna yang kuat dan dapat mempertahankan warnanya relatif cukup lama sehingga dapat menyerap sinar pada panjang gelombang tertentu. Dengan kata lain larutan ini dikompleksnya. Rekasi yang terjadi yaitu :
Fe3+ + SCN-                    (FeSCN)2+
Larutan HCl berfungsi untuk mempermudah Fe2+ untuk membentuk kompleks. Kemudian menambahkan aquades hingga tanda batas. Penambahan larutan standar besi untu memudahkan pengukuran besi pada sampel. Penggunaan akuades dalam pengenceran dikarenakan aquades adalah pelarut yang baik dan penyerap cahaya yang baik. Mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum yakni pada panjang gelombang 460 nm, dan membuat kurva serapan serta menentukan kadar besi (Fe) dalam air. Hasil absorbansinya adalah 0,086 (0 ml), 1,124 (0,5 ml), 1,697 (1 ml), 0,468 (1,5 ml), dan 0,480 (2 ml). Dari hasil yang diperoleh semakin tinggi jumlah larutan standar dalam larutan nilai absorbansi yang dihasilkan tidak beraturan. Menurut Kartasasmita (2008), semakin tinggi volume larutan standar maka semakin tinggi absorbasinya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya elektron valensi yang berinteraksi dan menyerap cahaya sehingga absorbansinya akan semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya ketelitian dari praktikan dalam melaksanakan proses penambahan masing-masing bahan dalam larutan.
Kadar besi dalam sampel dapat ditentukan menggunakan perbandingan antara konsentrasi Fe dalam larutan setelah dengan konsentrasi larutan standar besi dikali 100%. Konsentrasi Fe setelah pengenceran masing-masing bernilai 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm. Berdasarkan hasil ini maka dapat diketahui kadar besi (Fe) dalam sampel. Dari hasil perhitungan diketahui kadar besi untuk tiap konsentraasi yaitu 0, 2, 4, 6 dan 8 ppm adalah masing-masing  0%; 2%; 4%; 6% dan 8%. Menurut Wikkipedia (2007), kadar maksimum besi dalam air adalah 0,3 mg/ml. sehingga dapat disimpulkan bahwa air sampel air yang digunakan tidak layak konsumsi.


VII.          Penutup
7.1  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pengukuran kadar besi pada air dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
2.      Metode penambahan standar adalah suatu metode dimana jumlah sampel yang sama ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Penetapan dengan metode ini biasanya dilakukan pula pada spektrofotometri sinar tampak.
3.      Panjang gelombang maksimum yaitu 420 nm dengan serapan maksimum yaitu 0,162.
4.      Kadar besi dalam larutan yang terukur adalah 0,086 (0 ml), 1,124 (0,5 ml), 1,697 (1 ml), 0,468 (1,5 ml), dan 0,480 (2 ml).
5.      Kadar besi untuk tiap konsentraasi yaitu 0, 2, 4, 6 dan 8 ppm adalah masing-masing  0%; 2%; 4%; 6% dan 8%.

7.2  Saran
Untuk proses praktikum selanjutnya diharapkan agar prosedur untuk pembuatan larutan standar dilakukan, sebagai bahan pembelajaran.










DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Besi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Besi) diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Anonim. 2012. Metode Penambahan Standar. (http://oshin-mungil.blogspot.com) diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim. 2012. Spektrofotometri Sinar Tampak.(http://wanibesak.wordpress.com) diakses pada tanggal 30 Desember 2012. 
Anonim. 2012. Spektrofotometri Sinar Tampak.(http://wanibesak.wordpress.com) diakses pada tanggal 30 Desember 2012. 
Anonim. 2012. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa pada pengukuran serapan. (id.scribd.com) diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim. 2012. Laporan Penentuan Kadar Besi. (http://faradillahchemistry09.blogspot.com) diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim. 2012. Penentuan adar besi dalam sampel. (http://tivachemchem.blogspot.com). Diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Keenan, K., and Wood. 1990.  Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Panji, T. 2012. Teknik Spektroskopi untuk Elusidasi Struktur Molekul. Graha Mulia. Yogyakarta.
Rukaesih, A. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta.
Unang, S. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Padjajaran. Bandung.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Kalman Media Pustaka. Jakarta.