I.
Tujuan
Percobaan
Penetapan
besi secara spektrofotometri sinar tampak dengan metode penambahan standar.
II.
Tinjauan
Pustaka
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan
tersebut tidak akan tergantikan dengan oleh senyawa lainnya. Hampir semua
kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air yang digunakan manusia
adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Meningkatnya kebutuhan air
dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan juga sebagai akibat dari
peningkatan kebutuhan air untuk rumah tangga, rekreasi, pertanian dan
sebagainya (Rukaesih, A., 2004).
Menurut Anonim (2012),
besi
adalah logam
yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyaK digunakan untuk kehidupan
manusia sehari-hari. Dalam tabel
periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang paling banyak
dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
·
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar.
·
Pengolahannya relatif mudah dan murah dan.
·
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan
mudah dimodifikasi.
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat,
dan dapat dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan
elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada
semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan, jarang
ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air, kadar tanah Fe
dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat
menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya koloidal yang
terbentuk (Anonim, 2012).
Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan reaksi pengompleksan terlebih
dahulu yang ditandai dengan pembentukan warna spesifik sesuai dengan reagen
yang digunakan. Senyawa pengompleks yang dapat digunakan diantaranya
molibdenum, selenit, difenilkarbazon, dan fenantrolin. Pada penelitian ini
pengompleks yang digunakan adalah 1,10-fenantrolin. Besi(II) bereaksi membentuk
kompleks merah jingga. Warna ini tahan lama dan stabil pada range pH 2-9. Metode
tersebut sangat sensitif untuk penentuan besi (Vogel, 1985).
Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan
penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini
dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna
ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat
berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa
berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan
larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri dilakukan dengan membandingkan
larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama. Dengan
kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding
lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan
kadar besi dalam air minum (Anonim, 2012).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat
untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang
digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Anonim, 2012).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi fungsi dari
panjang gelombang (Khopkar, S. M., 2010).
Panjang gelombang cahaya ultraviolet dan tampak jauh lebih pendek daripada
panjang gelombang inframerah. Satuan yang digunakan untuk memberikan panjang gelombang
ini adalah nanometer (1 nm = 10-9 m). Spektrum tampak terentang dari
400 nm (ungu) ke 750 nm (merah), sedangkan ultraviolet berjangka dari 200-400
nm. Baik radiasi ultraviolet maupun tampak berenergi lebih tinggi daripada
radiasi inframerah. Panjang gelombang cahaya ultraviolet atau tampak bergantung
pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak
energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang tak menyerap cahaya
dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih
mudah dipromosikan daripada senyawa yang tak menyerap pada panjang gelombang
ultraviolet (Unang, S., 2010).
Penyerapan sinar UV-tampak oleh suatu
molekul akan menyebabkan transisi di antara tingkat energi elektronik dari
molekul. Atas dasar ini, spektroskopi UV-tampak juga dikenal sebagai
spektroskopi (spektrometri) elektronik. Transisi ini dapat terjadi antarorbital
ikatan (bonding) atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang
sinar yang diserap sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital (∆E).
Untuk eksitasi elektron ikatan σ perlu energi yang tinggi dengan nilai λ = 120
-200 nm (UV hampa). Hal ini berarti pengukuran harus dilakukan dalam hampa
sehingga sukar dilakukan. Di atas λ = 200 nm, daerah eksitasi elektron dari
orbital p, d, ᴨ terutama sistem n terkonjugasi, pengukuran mudah dilakukan
sehingga spektrometri UV tampak diukur pada λ ˃ 200 nm (Panji, T., 2012)
Penyerapan panjang gelombang nampak
menyebabkan perpindahan elektron yang reversibel dan relatif rendah energinya
dalam molekul. Pada umumnya zat berwarna mempunyai elektron-elektron yang mudah
tereksitasi. Terutama senyawaan organik tertentu merupakan sumber warna yang
berguna untuk zat warna. Molekul-molekul senyawaan-senyawaan organik yang tak
mempunyai ikatan rangkap ataupun cincin benzena, tidak menyerap secara selektif
dalam bagian nampak dari suatu spektrum, oleh karena itu senyawaan ini tak
berwarna. Sebaliknya molekul dengan ikatan rangkap atau inti benzena dapat
menyerap beberapa panjang gelombang nampak dan meneruskan cahaya berwarna.
Elektron yang mudah dieksitasi oleh cahaya nampak biasanya terdapat dalam
sebuah molekul yang beberapa atomnya dihubungkan oleh ikatan rangkap dan
tunggal secara berselang-seling. Gugus atom semacam itu disebut kromofor
(pengemban warna) (Keenan, K., 1990).
Warna khusus yang dimiliki suatu zat
ditentukan tidak hanya oleh macamnya kromofor yang ada, tetapi juga oleh
struktur molekul yang mengandung kromofor itu. Banyak zat warna yang berlainan
dapat dibuat dengan memasukkan substituen, seperti –OH, -NH2, -NHCH3
dan –N(CH3)2 ke dalam molekul yang mengandung suatu gugus
pembentuk warna tertentu. Gugus yang mengubah ataupun menyumbangkan sesuatu
kepada warna suatu zat warna dirujuk sebagai auksokrom (penghasil warna
pembantu). Umumnya auksokrom mempunyai fungsi tambahan untuk membuat zat warna
itu tidak luntur pada pakaian atau benda lain dengan cara pembentukan garam
(Anonim, 2012).
Menurut Anonim (2012), metode penambahan standar
adalah suatu metode dimana pada jumlah sampel yang sama ditambahkan larutan
standar dengan konsentrasi yang berbeda. Penetapan dengan metode ini biasanya
dilakukan pula pada spektrofotometri serapan atom, bila matriks cuplikan tidak
sama dengan matriks larutan standar atau konsentrasi analit dalam sampel sangat
rendah. Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri :
·
Metoda Standar Tunggal
Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar
(Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri. Dari
hk. Beer diperoleh :
Astd = ε.b.Cstd Asmp =ε.b.Csmp
ε.b = Astd/ Cstd ε.b = Asmp/Csmp
ε.b = Astd/ Cstd ε.b = Asmp/Csmp
sehingga, Astd/Cstd = Csmp /Csmp → Csmp =
(Asmp/Astd) X Cstd
Berdasarkan persamaan di atas dengan mengukur Absorbansi larutan sampel dan
standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah
selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A)
yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε.b atau
slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan
sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke
dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi
linear pada kurva kalibrasi.
·
Metoda Adisi Standar
Metoda ini dipakai secara luas
karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu
larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa
ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur
absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar
dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku
hal-hal berikut :
Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx)
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua
persarnaan diatas digabung akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung
dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri
penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis
lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)
Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs
Metoda prosedur analisa yang sering digunakan dalam analisa suatu unsur secara kuantitatif, terutama dalam pengukuran cara spektrofotometri, umumnya menggunakan teknik kurva kalibrasi. Suatu metoda lain yang juga sudah lama dikenal adalah metoda adisi standar yang terdiri dari adisi standar tunggal dan adisi standar berganda. Khusus untuk analisa boron dalam pengukuran cara spektrofotometri serapan atom dengan menggunakan metoda adisi standar sampai saat ini belum pernah diselidiki.
Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)
Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs
Metoda prosedur analisa yang sering digunakan dalam analisa suatu unsur secara kuantitatif, terutama dalam pengukuran cara spektrofotometri, umumnya menggunakan teknik kurva kalibrasi. Suatu metoda lain yang juga sudah lama dikenal adalah metoda adisi standar yang terdiri dari adisi standar tunggal dan adisi standar berganda. Khusus untuk analisa boron dalam pengukuran cara spektrofotometri serapan atom dengan menggunakan metoda adisi standar sampai saat ini belum pernah diselidiki.
III.
Alat
dan Bahan
3.1 Alat
1. Spektrofotometer
UV-Vis
2. Gelas
kimia 50 mL
3. Botol
semprot
4. Pipet
tetes
5. Labu
ukur 25 mL
6. Gelas
ukur 25 mL
7. Kuvet
8. Rak
tabung
3.2 Bahan
1. Sampel
air yang mengandung besi
2. HCl
4 N
3. Larutan
tiosianat 2 M
4. Larutan
standar besi 100 ppm
5. Akuades
6. Tissue
IV.
Prosedur
Kerja
a.
Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Memasukkan
0,15 mL larutan standar besi dalam labu ukur 25 ml menambahkan dengan 2,5 ml
larutan tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N.
2. Mengukur
serapan dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 400 – 520 nm.
3. Membuat
kurva serapan Vs panjang gelombang,dan menentukan panjang gelombang maksimum.
b. Penentuan
kadar besi dalam larutan
1. Memasukkan
masing-masing 1 mL larutan cuplikan kedalam 5 labu ukur 25 ml.
2. Menambahkan
larutan standar besi berturut-turut sebanyak 0 mL, 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL dan 2
mL.
3. Menambahkan
pada masing-masing labu ukur 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N.
4. Menambahkan
akuades hingga tanda batas.
5. Mengukur
serapan pada panjang gelombang.
6. Membuat
kurva/grafik dan menentukan kadar besi dalam cuplikan.
V.
Hasil
Pengamatan dan Analisa Data
5.1
hasil pengamatan
a.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Gelombang (nm)
|
Absorbansi (A)
|
400
|
0,185
|
420
|
0,265
|
440
|
0,312
|
460
λ maks
|
0,378
|
480
|
0,367
|
500
|
0,341
|
b.
Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Larutan
Larutan standar besi (ml)
|
Absorbansi (A) pada panjang gelombang
maksimum (460 nm)
|
0
|
0,086
|
0,5
|
1,124
|
1
|
1,697
|
1,5
|
0.468
|
2
|
0,480
|
5.2 Analisa Data
a. Grafik
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

b. Konsentrasi
Fe setelah pengenceran.
·
0
mL
M1V1 = M2V2
M2 = 

=


= 0 ppm
·
0,5
mL
M2 = 

= 

= 2 ppm
·
1
mL
M2 = 

=


= 4 ppm
·
1,5
mL
M2 = 

= 

= 6 ppm
·
2
mL
M2 = 

= 

= 8 ppm
c. Grafik
konsentrasi Besi Dalam Larutan

d.
Perhitungan Regresi
x (ppm)
|
y (A)
|
xy
|
x2
|
|
0
|
0,086
|
0
|
0
|
|
2
|
1,124
|
2,248
|
4
|
|
4
|
1,697
|
4,697
|
16
|
|
6
|
0,468
|
2,808
|
36
|
|
8
|
0,480
|
3,84
|
64
|
|
Σx = 20
|
Σy = 3,855
|
Σxy = 13,593
|
Σx2 = 120
|
y =
= 0,771

x =
= 4

b =


=

=

=


=
-0,04567
y = y + b ( x – x)
y1 = 0,771 + (-0,04567) (0 – 4) =
0,9536
y2 = 0,771 + (-0,04567) (2 –
4) = 0,8623
y3 = 0,771 + (-0,04567) (4 –
4) = 0,771
y4 = 0,771 + (-0,04567) (6 –
4) = 0,6796
y5 = 0,771 + (-0,04567) (8 –
4) = 0,5883
·
Grafik Sebelum Regresi

·
Grafik Setelah Regresi

e. Kadar
Besi dalam Air
%Fe =
x 100%

·
0
mL
%Fe =
x 100%

=
0%
·
0,5
mL
%Fe =
x 100%

= 2%
·
1
mL
%Fe =
x 100%

=
4%
·
1,5
mL
%Fe =
x 100%

=
6%
·
2
mL
%Fe =
x 100%

=
8%
f. Grafik
kadar besi dalam air

VI.
Pembahasan
Air merupakan
senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup
lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan tergantikan dengan
oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan
air. Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni.
Percobaan ini bertujuan untuk menetapan besi
secara spektrofotometri sinar tampak dengan metode penambahan standar. Metode
spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu
larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode
kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna yang dapat ditentukan dengan
metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya
dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Metode
penambahan standar adalah suatu metode dimana pada jumlah sampel yang sama
ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Percobaan ini
menggunakan alat spektronik 20. Spektrofotometri
visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak
adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm. Salah satu
contoh spektrofotometer sinar tampak yaitu spektronik 20.
Perlakuan pertama adalah menentukan
panjang gelombang maksimum dengan cara memasukkan 0,15 ml larutan standar besi 100
ppm dalam labu ukur 25 ml dan menambahkan 2,5 ml larutan tiosianat serta 1,5 ml
HCl 4 N. Penambahan larutan tiosianat menyebabkan besi yang bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat
membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana
intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar
tampak. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 400 nm-500 nm. Dari hasil pengukuran
didapatkan panjang gelombang maksimum pada panjang gelombang 460 nm dengan
nilai serapan 0,378. Selanjutnya membuat kurva serapan VS panjang gelombang.
Perlakuan
selanjutnya adalah menentukan kadar besi
dalam larutan dengan cara memasukkan masing-masing 0,5 ml larutan cuplikan pada
labu ukur 25 ml dan menambahkan larutan standar besi masing-masing 0 ml, 0,5
ml, 1 ml, 1,5 ml, dan 2 ml. Penambahan larutan standar dapat mempermudah
menentukan kadar besi dalam sampel. Selanjutnya menambahkan pula pada
masing-masing labu ukur 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml larutan HCl 4 N.
Fungsi penambahan tiosianat adalah untuk menghasilkan warna merah karena besi
memiliki warana yang lemah yaitu kuning. Larutan tiosianat cenderung memiliki
warna yang kuat dan dapat mempertahankan warnanya relatif cukup lama sehingga
dapat menyerap sinar pada panjang gelombang tertentu. Dengan kata lain larutan
ini dikompleksnya. Rekasi yang terjadi yaitu :

Larutan HCl berfungsi untuk
mempermudah Fe2+ untuk membentuk kompleks. Kemudian menambahkan
aquades hingga tanda batas. Penambahan larutan standar besi untu memudahkan
pengukuran besi pada sampel. Penggunaan akuades dalam pengenceran dikarenakan
aquades adalah pelarut yang baik dan penyerap cahaya yang baik. Mengukur
serapan pada panjang gelombang maksimum yakni pada panjang gelombang 460 nm,
dan membuat kurva serapan serta menentukan kadar besi (Fe) dalam air. Hasil
absorbansinya adalah 0,086 (0 ml), 1,124 (0,5 ml), 1,697 (1 ml), 0,468 (1,5
ml), dan 0,480 (2 ml). Dari hasil yang diperoleh semakin tinggi jumlah larutan
standar dalam larutan nilai absorbansi yang dihasilkan tidak beraturan. Menurut
Kartasasmita (2008), semakin tinggi volume larutan standar maka semakin tinggi
absorbasinya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya elektron valensi yang
berinteraksi dan menyerap cahaya sehingga absorbansinya akan semakin tinggi.
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya ketelitian dari praktikan dalam melaksanakan
proses penambahan masing-masing bahan dalam larutan.
Kadar besi dalam
sampel dapat ditentukan menggunakan perbandingan antara konsentrasi Fe dalam
larutan setelah dengan konsentrasi larutan standar besi dikali 100%. Konsentrasi
Fe setelah pengenceran masing-masing bernilai 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8
ppm. Berdasarkan hasil ini maka dapat diketahui kadar besi (Fe) dalam sampel. Dari
hasil perhitungan diketahui kadar besi untuk tiap konsentraasi yaitu 0, 2, 4, 6
dan 8 ppm adalah masing-masing 0%;
2%; 4%; 6% dan 8%. Menurut Wikkipedia (2007), kadar maksimum besi dalam air
adalah 0,3 mg/ml. sehingga dapat disimpulkan bahwa air sampel air yang
digunakan tidak layak konsumsi.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengukuran
kadar besi pada air dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar
tampak.
2. Metode
penambahan standar adalah suatu metode dimana jumlah sampel yang sama
ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Penetapan dengan
metode ini biasanya dilakukan pula pada spektrofotometri sinar tampak.
3. Panjang
gelombang maksimum yaitu 420 nm dengan serapan maksimum yaitu 0,162.
4. Kadar
besi dalam larutan yang terukur adalah 0,086 (0 ml), 1,124 (0,5 ml), 1,697 (1
ml), 0,468 (1,5 ml), dan 0,480 (2 ml).
5. Kadar
besi untuk tiap konsentraasi yaitu 0, 2, 4, 6 dan 8 ppm adalah
masing-masing 0%;
2%; 4%; 6% dan 8%.
7.2 Saran
Untuk
proses praktikum selanjutnya diharapkan agar prosedur untuk pembuatan larutan
standar dilakukan, sebagai bahan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Metode
Penambahan Standar. (http://oshin-mungil.blogspot.com)
diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim. 2012. Spektrofotometri
Sinar Tampak.(http://wanibesak.wordpress.com)
diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Anonim. 2012. Spektrofotometri
Sinar Tampak.(http://wanibesak.wordpress.com)
diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
Anonim. 2012. Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa pada pengukuran serapan. (id.scribd.com)
diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim.
2012. Laporan Penentuan Kadar Besi. (http://faradillahchemistry09.blogspot.com)
diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Anonim.
2012. Penentuan adar besi dalam sampel. (http://tivachemchem.blogspot.com).
Diakses pada tanggal 30 desember 2012.
Keenan, K.,
and Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Khopkar,
S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.
UI-Press. Jakarta.
Panji, T.
2012. Teknik Spektroskopi untuk Elusidasi
Struktur Molekul. Graha Mulia. Yogyakarta.
Rukaesih, A.
2004. Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta.
Unang, S.
2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik.
Widya Padjajaran. Bandung.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.